Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/10/2017, 08:04 WIB

Primata Sulawesi juga spesial. Setidaknya tujuh spesies monyet hanya ada di pulau tersebut. Sulawesi juga memiliki beberapa spesies tarsius – makhluk kecil bermata besar yang lebih mirip kodok mamalia yang tinggal di pohon daripada monyet.

Keragaman reptilia juga cukup tinggi, dengan 188 spesies, 122 (65%) di antaranya endemis. Reptil paling terkenal dari Wallacea, dan spesies dari Indonesia yang paling ternama, adalah komodo atau ora (Varanus komodoensis).

Komodo adalah kadal terberat di dunia (komodo jantan bisa mencapai 2,8 meter panjangnya dan memiliki bobot sekitar 50 kilogram). Komodo hanya tinggal di Pulau Komodo, dan pulau tetangga Padar dan Rinca di barat, dan di daerah barat dan pantai utara Flores.

Untuk ikan air tawar, sebagian besar dari 210 spesies yang tercatat dari sungai-sungai dan danau di Wallacea bisa hidup di air tawar maupun air payau sampai titik tertentu.

Kita masih perlu melakukan lebih banyak riset mengenai spesies ikan. Di Kepulauan Maluku dan Sunda Kecil, fauna ikan masih jarang dipelajari.

Namun, setidaknya diketahu sekitar enam pulau endemis. Di Sulawesi, ada sekitar 69 spesies yang dikenal, 53 (77%) di antaranya endemis.

Di pojok timur laut Sulawesi terdapat Danau Malili, sebuah wilayah dengan danau yang dalam, jeram, dan sungai. Di sini setidaknya telah berkembang 15 ikan telmatherinid yang cantik.

Tanaman di Wallacea tidak begitu dikenal seperti tetangga-tetangganya. Spesimen botani yang dikumpulkan di daerah ini lebih sedikit dibandingkan pulau-pulau besar lain di Indonesia.

Kita juga tidak tahu banyak tentang fauna invertebrate Wallacea. Meski beberapa kelompok seperti kupu-kupu sayap burung yang sangat besar cukup dikenal.

Wallacea juga memiliki lebah terbesar di dunia (Chalocodoma pluto) di utara Kepulauan Maluku. Para betina bisa tumbuh hingga panjangnya mencapai 4 sentimeter. Mereka juga luar biasa karena mereka membuat sarang secara komunal di daerah yang ditinggali rayap di pohon-pohon hutan dataran rendah.

Dampak manusia

Seperti di berbagai tempat lain, keadaan di Wallacea berubah drastis pada satu abad terakhir. Populasi manusia hampir berlipat empat. Pembangunan di Indonesia secara umum berjalan sangat cepat.

Pembukaan hutan pertama di Wallacea dimulai pada awal abad ke-21. Hutan-hutan dibabat untuk pertanian, hutan produksi kayu, dan skema pemindahan penduduk yang menempatkan ratusan ribu orang dari daerah padat penduduk Jawa ke pulau-pulau lain yang tidak begitu padat (dan kurang produktif).

Ini semua telah mengurangi habitat hutan, terutama di dataran rendah, dan mengakibatkan penurunan populasi spesies hutan secara dramatis dan parah (beberapa spesies penurunannya sampai 90%).

Banyak hutan yang tersisa diberikan untuk konsesi hutan produksi kayu. Lebih jauh, kebakaran hutan dan lahan terus menjadi masalah besar. Ini diperparah oleh kekeringan yang disebabkan pembukaan hutan dan pertanian, dan dalam beberapa situasi pembakaran yang disengaja.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com