Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Kalah dari Manusia, Inilah Tradisi Pemakaman di Dunia Serangga

Kompas.com - 14/10/2017, 21:26 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

KOMPAS.com –- Manusia punya budaya tersendiri dalam memperlakukan kerabatnya yang meninggal dunia, dikubur di dalam tanah, dibakar, atau dikubur di dalam pohon.

Tradisi penguburan ternyata juga dilakukan di dunia hewan. Meski tak semuanya, beberapa yang telah terdokumentasikan oleh para peneliti adalah semut, lebah, dan rayap.

Ketiga serangga itu termasuk serangga sosial yang hidup dengan koloni yang padat. Dengan menguburkan rekannya yang mati, mereka menurunkan risiko ancaman patogen yang bisa menginfeksi.

Untuk semut, prosesi penguburan akan diurus oleh semut pekerja. Caranya dengan menyingkirkan semut mati ke tumpukan sampah di lokasi yang jauh atau di ruangan khusus. Namun, pada spesies tertentu, bangkai semut akan dikuburkan layaknya manusia.

(Baca juga: 40 Persen Semut Ternyata Pemalas, Apa Fungsinya?)

Christoper D Pull dan Sylvia Cremer menyajikan penelitian menarik tentang pemakaman pada koloni semut yang baru terbentuk.

Dipublikasikan di BMC Evolutionary Biology pada 13 Oktober 2017, Pull menyebutkan bahwa ratu semut akan mengambil alih tugas mengubur. Hal ini karena tidak adanya semut pekerja dalam koloni.

Oleh karena itu, ratu semut kebun hitam akan mengubur pendahulunya jika meninggal. Sang ratu akan menggigit bangkai semut menjadi beberapa potong dan menguburkannya.

"Biasanya, ketika kita memikirkan ratu semut, kita memikirkan monarki yang tinggal jauh di dalam koloni dan dilindungi oleh pekerja mereka. Mereka tidak memiliki keterlibatan dalam melakukan tugas berisiko dan berbahaya di dalam koloni tersebut," kata Pull seperti dikutip dari National Geographic Kamus (12/10/2017).

"Akan tetapi, studi kami menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk melakukan perilaku tersebut," ujarnya lagi.

(Baca juga: Dilanda Badai Harvey, Semut Api Ciptakan Rakit dari Tubuh Sendiri)

Pull dan Cremer menilai, tindakan sang ratu akan melindungi koloninya tujuh kali lipat dari kematian sehingga koloni baru dapat tumbuh dan berkembang.

Kemudian, untuk lebah, tak hanya bangkai yang disingkirkan, tetapi juga lebah yang terkena penyakit. Setelah menyentuhkan antenanya dengan mayat, lebah pengurus akan meraih bangkai dengan rahangnya dan membuangnya keluar dari sarang.

Dalam risetnya yang dipublikasikan di jurnal Animal Behavior volume 31 tahun 1983, P Kirk Visscher mendapati bahwa lebah yang telah mati selama satu jam disingkirkan lebih dulu daripada yang baru kehilangan nyawanya. Untuk urusan ini, lebah pekerja paruh bayalah yang bertanggung jawab.

Cerita berbeda ditunjukkan oleh rayap. Qian Sun, Kenneth F. Haynes, dan Xoguo Zhou melaporkan adanya perbedaan sikap yang ditunjukkan rayap bawah tanah timur (Reticulitermes flavipes).

Dalam penelitian yang dipublikasikan di Scientific Report 18 April 2013 silam, Sun dan koleganya menyebutkan, untuk spesies yang sama atau yang terkait, baik di dalam koloni atau di koloni lain, bangkai rayap dibawa ke ruang penyimpanan untuk didaur ulang secara nutrisi.

Namun, perlakuan berbeda ditemukan pada rayap hitam bawah tanah tenggara (Reticulitermes virginicus). Bangkai akan dikubur oleh para rayap pekerja dan dijaga oleh sekelopok besar prajurit yang berjaga.

Perubahan warna pada tubuh rayap memungkinkan untuk indentifikasi kematian. Dengan begitu, anggota koloni lainnya dapat dengan cepat mengetahui.

Seperti lebah, pengurus pemakaman akan menyentuh bangkai dengan antena sebelum membuangnya dengan rahang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau