Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Letusan Gunung Agung Bisa Menghasilkan Tanah Tersubur di Dunia

Kompas.com - 06/10/2017, 07:09 WIB

Oleh Budiman Minasny*, Anthony Reid**, dan Dian Fiantis***

KOMPAS.com -- Gunung Agung di Bali saat ini berada pada status IV Awas, satu tingkat sebelum meletus (erupsi), akibatnya lebih dari 100.000 orang dievakuasi dari zona bahaya. Jika erupsi terjadi, salah satu dari kami (Dian) akan segera berangkat ke Bali untuk mengumpulkan abu dan tanah yang terdampak.

Letusan ini dikhawatirkan dapat menjadi bencana yang besar akibat lava, abu dan awan panas yang bersuhu tinggi dapat mencapai 1.250?. Lava akan mengalir menyusuri lereng gunung, sedangkan abu terlempar ke atmosfer bahkan stratosfir. Awan panas dan abu vulkanis membawa risiko yang serius terhadap manusia dan penghidupannya. Semburan abu saat erupsi gunung api tak hanya memengaruhi penerbangan dan pariwisata, tapi juga berdampak pada kehidupan dan aktivitas pertanian bagi para petani. Awan panas menghanguskan tanaman, abu vulkanis menimbuni lahan pertanian dan merusak tanaman. Tetapi dalam jangka panjang, abu akan menciptakan tanah yang paling subur di dunia.

Meskipun luas tanah vulkanis hanya sekitar 1% saja dari luas daratan bumi, ternyata tanah vulkanis dapat menghidupi 10% dari populasi dunia. Tidak mengherankan kawasan vulkanis termasuk area dengan kepadatan penduduk yang tinggi.

Cincin api

Indonesia terletak di gugusan Cincin Api Pasifik, serangkaian gunung berapi yang membentang dari Sumatra melalui Jawa dan Bali, Maluku hingga Timor, dan merupakan lokasi tektonik paling berbahaya di dunia.

Sepanjang sejarah, letusan gunung berapi di Indonesia telah memengaruhi iklim dunia, terutama Gunung Toba yang meletus begitu dahsyat sekitar 74.000 tahun yang lalu, yang mengakibatkan musim dingin selama enam tahun. Gunung Tambora dikenal karena letusan hebatnya pada 1815 dan menyebabkan satu tahun tanpa musim panas di Eropa, dan letusan Gunung Krakatau pada 1883 juga memengaruhi dunia.

Letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa pada tahun 1815 melemparkan sekitar 160 kilometer kubik material vulkanis ke atmosfer. Bencana ini memengaruhi populasi di pulau-pulau sekitarnya, termasuk Bali. Pertanian hancur oleh tumpukan abu dan kurangnya sinar matahari. Diperkirakan penderitaan ini berlangsung selama 10-15 tahun sebelum abu berubah menjadi tanah subur.

Letusan Gunung Agung pada 1963-64 mengeluarkan 0,95 kilometer kubik materi vulkanis dan lava. Sekitar 1.580 orang dilaporkan tewas karena aliran lahar yang cepat disertai dengan gas beracun.

Namun, jika letusan yang sekuat itu terjadi besok, korban jiwa tidak akan separah itu karena saat ini kita memiliki sistem peringatan dini.

Implikasi untuk negara tetangga

Hampir setiap tahun dan silih berganti terjadi letusan dari berbagai gunung api di Indonesia (ada 66 gunung yang sedang dipantau, dan 50-60 dianggap “aktif”), dikhawatirkan akan datang letusan yang besar.

Letusan besar akan sangat destruktif bagi bangsa Indonesia. Letusan besar juga akan memengaruhi iklim dunia, dan memberi tantangan bagi negara-negara tetangga untuk mengatasi gangguan lalu lintas udara serta pada saat yang sama membantu jutaan orang Indonesia untuk bertahan dan pulih dari bencana alam ini.

Letusan dengan kategori sedang pun, diperkirakan akan terjadi pada setiap dekade, akan memaksa ratusan ribu orang pindah. Untuk mengatasi ini perlu persiapan mitigasi yang sistematis.

Gunung api dan kepadatan penduduk

Halaman Berikutnya
Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau