Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes akan Atur Ruang Konseling di Tempat Kerja

Kompas.com - 05/10/2017, 21:44 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -– Kesehatan jiwa peduduk Indonesia perlu mendapatkan perhatian. Tak seperti penyakit fisik, gangguan kesehatan jiwa seringkali tidak dirasakan hingga gejalanya memuncak.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2013 menyebutkan, prevalensi gangguan mental emosional penduduk Indonesia sebesar 6 persen. Prevalensi tertinggi dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur.

Lingkungan kerja ikut menyumbangkan faktor gangguan kesehatan mental. Depresi, pelecehan seksual, dan intimidasi adalah beberapa contohnya.

(Baca juga: Ingin Awet Muda Fisik dan Mental? Menarilah...)

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan Dr. dr. Fidiansjah, Sp.KJ, MPH mengatakan, 1 dari 6,8 orang mengalami masalah kesehatan jiwa di tempat kerja. Pada wanita yang bekerja penuh waktu, risikonya menjadi dua kali lipat dibandingkan dengan laki-laki.

“Wanita punya peran ganda jadi ibu, istri, dan lainnya. Ini bukan berarti laki-laki tidak punya peran ganda. (Tapi) Hormonalnya juga berbeda dengan laki-laki,” kata Fidiansjah di gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Kamis (5/10/2017).

Fidiansjah menuturkan, masalah kesehatan jiwa tak hanya berdampak pada individu. Secara global, estimasi biaya penanganan masalah kesehatan jiwa mencapai 2,5 triliun dolar Amerika (sekitar Rp 33,6 kuadriliun) setiap tahun. Pada tahun 2030, diperkirakan jumlahnya akan mencapai 6 triliun dolar Amerika (sekitar Rp 80,7 kuadriliun).

Untuk itu, menyambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang jatuh pada 10 Oktober, Firdiansjah berkata bahwa pihaknya akan mengundang seluruh komponen untuk membahas pembukaan ruang konselor di tempat kerja.

“Pada 10 Oktober 2017 nanti, kami akan undang organisasi yang terlibat. Kami bicarakan pedoman teknisnya sehingga momentum ini bisa kita pakai untuk memperlebar aturannya, juklak (petunjuk pelaksaan) dan juknis (petunjuk teknisnya). Selama ini kan belum ada,” kata Firdiansjah.

Dia pun berharap agar program tersebut dapat berjalan pada awal tahun 2018. Sebelum itu, payung hukum dan aturan melalui Peraturan Pemerintah (PP) akan dibuat.

Sementara itu, Anggota Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (Perdoki) Nuri Purwito Hadi berkata bahwa pembuatan ruang konseling tidak harus diikuti dengan penambahan dokter jiwa pada kantor pemerintah dan swasta. Dokter umum pun bisa digunakan bila mampu dan mengerti konseling.

Selain itu, yang tak kalah penting adalah membangun sistem agar pekerja mau secara sukarela datang ke klinik. Hal ini perlu diterapkan untuk menghindarkan stigma “gila” saat berkonsultasi.

Nuri mencontohkan mekanisme perobatan HIV AIDS yang berhasil tanpa adanya stigma di salah satu perusahaan. Dalam perusahaan tersebut, level manajerial tak mengetahui adanya karyawan yang mengidap dan menjalani perobatan HIV AIDS.

“Masalah mental diharapkan juga begitu. Kalau klinik ada, dokter ada, tapi pekerjanya enggak sadar dan acuh, itu sama saja bohong. Perusahaan bisa menerapkan manajemen K3. Lalu indentifikasi faktor risikonya, termasuk kesehatan mental. Kemudian buat program,” kata Nuri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau