"Terjadi empat kali gempa terasa dengan skala III sampai IV MMI," papar Suantika.
Menurut Kepala PVMBG, Kasbani, MMI adalah skala untuk mengukur intensitas gempa.
Skala ini menggambarkan efek yang dirasakan dari suatu gempa dari tempat yang kita rasakan.
"Skala MMI itu goncangan dan dampak gempa di tempat kejadian di mana kita berada. Saya berada di tempat pos pengamatan, sedangkan orang lain ada di tempat lain, skala MMI-nya berbeda," terang Kasbani, kemarin.
Untuk data skala MMI dari PVMBG berdasarkan apa yang dirasakan di Pos Pengamatan Desa Rendang.
Dijelaskan Kasbani, skala MMI dibagi 12 tingkatan dari I sampai yang paling parah yaitu skala XII.
Adapun aktivitas vulkanik Gunung Agung sejak Sabtu (23/9) hingga Minggu (24/9/2017) masih fluktuatif.
Dari segi kegempaan, aktivitas kegempaaan vulkanik dalam sudah mengalami perlambatan peningkatan.
"Tapi gempa vulkanik dangkal mulai meningkat perlahan. Artinya sumber tekanan seandainya terjadi letusan akan semakin dangkal," jelas Suantika.
Pada Minggu (24/9/2017) sekitar pukul 13.00 Wita terjadi gempa yang getarannya cukup terasa.
Suantika mengatakan gempa tersebut berkekuatan 3,2 skala ricther.
"Itu menunjukkan energi di dalam Gunung Agung semakin besar, dan mungkin penutupnya atau berupa lapisan permukaan Gunung Agung ini semakin lemah dengan adanya tekanan dari dalam. Itu yang menyebabkan guncangan terasa," jelas Suantika.
Sementara itu, kepulan asap solfatara kembali menyembul dari Gunung Agung, Minggu (24/9/2017) pagi.
Namun kepulan asap yang dikeluarkan tidak terlalu tebal.
Asap tipis ini mulai terpantau sejak pukul 06.00 Wita.