Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/09/2017, 16:05 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rematik atau dalam istilah medis disebut dengan arthritis ternyata tidak hanya diderita oleh manusia.

Ya, penyakit arthristis yang ada di era modern ini ternyata sudah ada sejak zaman purba dan bahkan pernah menyerang dinosaurus. Kesimpulan dinosaurus rematik ini diambil dari hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti terhadap fosil Hadrosaurid.

Baca juga: Tahukah Kamu Apakah Sakit Rematik Itu?

Bintik aneh di tulang buktikan dinosaurus alami rematik

Peneliti curiga dengan adanya kondisi persendian yang tidak biasa pada fosil dinosaurus berusia 78 juta tahun ini.

Mereka menemukan tulang dari dinosaurus berparuh bebek dewasa ini menyatu serta berbintik aneh.

Oleh karena itu, para peneliti pun menduga jika dinosaurus ini menderita radang arthritis kronis yang disebut dengan Spondiloartritis. Penyakit ini menyerang tulang belakang dan dapat membuatnya menyatu.

"Ini adalah kasus Spondiloartritis pertama yang terjadi pada hadrosaurid yang kita ketahui," kata Darren Tanke, peneliti dari Royal Tyrrell Museum of Palaeontology di Alberta Kanada.

Baca juga: Manfaat Yoga, Bisa Mengobati Sakit Punggung dan Arthritis

Peneliti menemukan fosil unik tersebut pada tahun 1988 di sebuah danau buatan di selatan Alberta Kanada.

"Kami hanya melakukan pengumpulan tulang secara umum di sepanjang garis pantai disana," kata Tanke dikutip dari Live Science, Kamis (14/9/2017).

"Danau itu menempel di garis pantai, memperlihatkan semua tulang ini. Mereka harus segera dikumpulkan atau mereka akan hancur," tambah Tanke.

Para peneliti kemudian memasukan fosil tersebut ke dalam tempat penyimpanan dan melakukan analisis selama bertahun-tahun di Museum Royal Tyrell.

Tulang dinosaurus yang masih menyatu dengan tanah dibersihkan. Hingga akhirnya, penelitian mengungkap adanya tulang misterius.

Tulang itu tampak seperti sakrum, tulang di punggung bawah yang berada di antara tulang pinggul dan panggul. Namun, dugaan itu salah.

"Seiring fosil semakin bersih, kami menyadari jika perpaduan tulang itu bukanlah sakrum. Ia menyatu karena itu adalah patologi spesimen, tulang itu juga bukan tulang belakang sacral melainkan tulang belakang dorsal (tengah punggung)," jelas Tanke.

Baca juga: Jenis Dinosaurus dan Nama-Namanya, Tidak Hanya T-Rex

Tidak umum menemukan tulang dinosaurus paruh bebek yang menyatu, apalagi di bagian punggungnya.

Tanke kemudian menggali sisa fosil dinosaurus paruh bebek dengan hati-hati dan menggunakan alat untuk menghembuskan angin, serta bahan abrasif untuk menyingkirkan batu dan tanah liat.

Lubang-lubang pada tulang akibat Spondiloartritis     Courtesy Royal Tyrrell Museum Lubang-lubang pada tulang akibat Spondiloartritis

Hasil akhirnya tak terduga. Mereka menemukan tulang belakang yang menyatu, berbintik serta bertekstur, bukti bahwa itu adalah Spondiloartritis.

Baca juga: Kenapa Mamalia Sebesar Dinosaurus Tak Ada Lagi Saat Ini?

 

Rematik ganggu aktivitas dinosaurus

Kondisi tersebut kemungkinan akan mengganggu pergerakan dinosaurus ketika melarikan diri dari predator, bergerak dalam kehidupan sehari-hari, dan mempertahankan diri.

Bukti Spondiloartritis juga pernah ditemukan pada dinosaurus spesies lain, termasuk di antaranya adalah spesies dinosaurus bertanduk, sauropoda yaitu dinosaurus herbivora berleher dan berekor panjang, serta theropoda atau dinosaurus pemakan daging.

Tidak ada obat untuk kondisi ini, tetapi pada manusia sering diobati dengan obat antiinflamasi.

Penelitian ini dipresentasikan dalam pertemuan Paleontologi Vertebrarata 23 Agustus 2017 yang lalu di Calgary, Alberta.

Baca juga: Cegah Lumpuh, Segera Obati Jika Muncul Gejala Rematik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau