"Berbeda dengan sekarang. Kondisi sekarang kemarau, maka mangsa turun ke bawah mencari sumber air di padang penggembalaan. Ini logika kenapa predator tersebut ada di sana, mengikuti pergerakan dari mangsanya," kata dia.
Ekspedisi kucing besar
"Tim kami sudah menemukan kotoran kucing, cuma apakah itu kotoran macan tutul atau yang lainnya, masih kami kumpulkan untuk dianalisis," ujar Mamat.
Setelah menerima laporan petugas lapangan yang berhasil mendapat video hewan yang diduga harimau jawa, Balai Taman Nasional Ujung Kulon membentuk tim khusus.
Tim ini akan memastikan apakah hewan yang tampak memangsa banteng tersebut dari jenis macan tutul jawa (Panthera pardus melas) atau harimau jawa (Panthera tigris sondaicus).
Tim berangkat menyisir lokasi dan mengambil sampel kotoran, cakaran, serta rambut untuk kemudian dianalisis DNA-nya. Tim ini juga memasang video di lapangan.
"Mereka masih di lapangan. Kami rencanakan tim bekerja selama 10 hari. Sampai saat ini belum ada hasil, karena tim masih bekerja di lapangan," kata dia.
Wilayah yang disisir oleh tim diawali dari titik penemuan gambar, yakni Padang Penggembalaan Cidaon, di seberang Pulau Peucang.
Dari situ tim terbagi dua, satu menyisir ke arah Gunung Payung, sedangkan lainnya ke arah perbukitan Talanca yang menurut Mamat merupakan habitat kucing besar.
Masyarakat dilibatkan dalam tim. Ada juga seorang pengamat yang berpengalaman melakukan survei harimau sumatera.
Temuan terbaru terkait harimau jawa menjawab sejumlah keraguan tentang status kepunahan satwa tersebut.
Sejak 1997, seorang peneliti bernama Didik Raharyono meyakini bahwa harimau jawa belum punah. Pada sebuah seminar di kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sembilan tahun lalu, dia mengaku punya bukti bekas aktivitas satwa tersebut.
Tahun 2004, Didik mengaku menjumpai kotoran harimau jawa dan pada 2006 dia mencatat kesaksian seorang anggota TNI yang berjumpa dengan harimau tersebut.
Dia juga mengaku punya sampel kulit harimau loreng yang dibunuh dari Jawa Tengah dan sisa kuku dengan darah milik harimau jawa asal Jawa Barat.
Diwawancarai oleh laman Mongabay, Didik meminta peninjauan ulang atas status kepunahan Harimau Jawa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.