Sementara itu, pulau itu sendiri panas, tertutup vegetasi yang lebat dan penuh dengan kepiting, termasuk kepiting kelapa. "Anjing-anjing ini tidak efektif dalam kondisi yang panas. Namun, setidaknya mereka bisa bekerja di sekitar semak belukar. Saya yakin mereka bisa mencium aroma," tambah Hiebert.
Jika mencium aroma tulang manusia, anjing-anjing tersebut kemudian akan duduk atau berbaring di dekat tempat dengan bau yang paling kuat. Setelah itu, arkeolog akan menggali area yang luas di sekitarnya.
Setelah tim menemukan tulang, mereka akan mengirimkannya kembali ke Amerika Serikat untuk dilakukan analisis DNA. Earhart memiliki keluarga yang bisa menjadi perbandingan, walaupun Noonan tidak.
Aroma jenazah di bawah pohon
Anjing pelacak ternyata berhasil menemukan titik di mana Earhart kemungkinan meninggal 80 tahun yang lalu. Titik tersebut memang sebenarnya pernah dipetakan oleh tim peneliti TIGHAR. Mereka menyebut tempat terbuka itu dengan sebutan situs tujuh.
Dalam beberapa saat sejak bekerja di situs tersebut, salah satu anjing bernama Berkeley berbaring di bawah pohon ren, menunjukkan jika dia mendeteksi aroma jenazah manusia. Anjing lainnya, Kayle, juga melakukan hal yang serupa di titik yang sama.
Hari berikutnya kedua anjing juga menunjukkan gelagat yang sama. Sudah jelas, seseorang, mungkin Earhart atau pemandunya, telah meninggal di bawah pohon ren.
Namun ternyata tak mudah bagi arkeolog untuk menemukan tulang-tulang tersebut. Hingga menjelang ekspedisi berakhir, tim belum berhasil menguak keberadaan tulang-tulang itu.
Arkeolog TIGHAR mempertimbangkan rencana cadangan, yaitu mengirimkan sampel tanah ke laboratorium yang mampu mengekstrak DNA. Hari terakhir ekspedisi, arkeolog mengisi lima kantong plastik dengan tanah dari sekitar pohon ren. Sampel tanah itu kemudian akan dikirim ke laboratorium DNA di Jerman.
Kini, tim peneliti menunggu hasil dari analisis DNA tersebut untuk memastikan apakah misteri hidup Amelia Earhart memang berakhir di pulau tersebut atau di tempat lain yang belum diketahui.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.