Ilmu kedokteran nuklir adalah teknik pengobatan yang melibatkan penggunaan carian radioaktif yang disuntikkan ke dalam tubuh pasien. Cairan tersebut nantinya dapat memancarkan radiasi yang dapat menunjukkan kelainan yang terjadi di dalam tubuh, mulai dari penggumpalan darah di paru-paru atau tumor hingga sel-sel abnormal yang aktif dalam kasus penyakit kanker.
Kelebihan teknologi ini, menurut Prof Bailey, adalah kemampuannya melakukan pengobatan yang terarah hanya pada sel-sel kanker yang aktif sehingga pengobatan dapat lebih efektif.
Dan saat ini teknologi kedokteran nuklir telah menjadi perangkat yang umum digunakan dalam penanganan kanker di Australia bersama dengan metode pengobatan lainnya seperti kemoterapi, radioterapi dan imunoterapi.
Salah satu ukuran kemajuan pemanfaatan teknologi kedokteran nuklir di Australia adalah dengan populasi sekitar 25 juta orang, Australia saat ini memilik sekitar 70 sampai 75 mesin utama dalam kedokteran nuklir, yakni mesin pemindai Positron Emisson Tomography (PET) Scanner.
Keunggulan inilah yang menjadikan Australia menjadi negara rujukan utama para fisikawan medis dan praktisi kedokteran di Indonesia yang hendak meningkatkan kapasitas mereka
Sebagaimana dikatakan Dr. Supriyanto Ardjo Prawiro, dari Departemen FMIPA UI yang juga ketua Aliansi Fisikawan Medik Indonesia.
"Australia sudah sangat maju pemanfaatan teknologi kedokteran nuklirnya. Kita sudah banyak menjalin kerjasama, terutama untuk model pelatihan klinik atau clinical training dimana kita saat ini juga menggunakan sistem Australia. Banyak staf di FMIPA UI juga yang dikirim studi ke Australia," jelasnya.
Supriyanto berharap kerjasama ini ke depan dapat diperluas terutama di bidang riset ilmiah dan pelatihan staf fisikawan medis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.