Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/08/2017, 15:33 WIB
EditorShierine Wangsa Wibawa

Namun dia memuji antusiasme pegiat kedokteran nuklir di Indonesia dalam menyikapi keterbatasan tersebut dengan lebih memfokuskan perhatian pada kajian kedokteran nuklir. Misalnya kajian dosimetri, yakni cara menentukan dosis radiofarmaka yang akan disuntikkan ke tubuh pasien agar sesuai dengan kebutuhan individual pasien.

"Ini sesuatu yang sangat mungkin dilakukan. Mereka mampu mengembangkan kepakaran dalam hal ini karena dosimetri tidak butuh sumber daya yang banyak, tidak perlu mesin yang mahal. Hanya perlu secarik kertas dan penghitungan radioaktif. Dan saya pikir Indonesia saat ini memiliki pengetahuan yang jauh lebih kuat dalam bidang yang satu ini dibandingkan dengan di negara-negara berkembang lainnya," ungkap Prof Bailey.

Antusiasme mengembangkan kedokteran nuklir ini dibenarkan oleh seorang peneliti Kedokteran Nuklir lulusan Universitas Wollongong, Australia, Nur Rahmah Hidayati.

Menurut Nur Rahmah yang kini bekerja di Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), pihaknya terus membangun kerjasama antar lembaga demi meningkatkan kapasitas fisikawan medis dan praktisi medis di rumahsakit. Upaya sejenis juga dilakukan dengan berusaha membangun jaringan internasional seperti dengan Lembaga Atom Internasional (IAEA).

"Kami selalu berusaha menjalin kerjasama antarlembaga. Kami berusaha mengacu pada perkembangan dunia kedokteran nuklir di tingkat internasional. Mungkin kita memang tidak sehebat mereka. Tapi setidaknya kita tahu perkembangannya seperti apa dan kita akan berusaha mengaplikasikan pengetahuan tersebut," katanya.

 

Ilmu kedokteran nuklir adalah teknik pengobatan yang melibatkan penggunaan carian radioaktif yang disuntikkan ke dalam tubuh pasien. Cairan tersebut nantinya dapat memancarkan radiasi yang dapat menunjukkan kelainan yang terjadi di dalam tubuh, mulai dari penggumpalan darah di paru-paru atau tumor hingga sel-sel abnormal yang aktif dalam kasus penyakit kanker.

Kelebihan teknologi ini, menurut Prof Bailey, adalah kemampuannya melakukan pengobatan yang terarah hanya pada sel-sel kanker yang aktif sehingga pengobatan dapat lebih efektif.

Dan saat ini teknologi kedokteran nuklir telah menjadi perangkat yang umum digunakan dalam penanganan kanker di Australia bersama dengan metode pengobatan lainnya seperti kemoterapi, radioterapi dan imunoterapi.

Salah satu ukuran kemajuan pemanfaatan teknologi kedokteran nuklir di Australia adalah dengan populasi sekitar 25 juta orang, Australia saat ini memilik sekitar 70 sampai 75 mesin utama dalam kedokteran nuklir, yakni mesin pemindai Positron Emisson Tomography (PET) Scanner.

Keunggulan inilah yang menjadikan Australia menjadi negara rujukan utama para fisikawan medis dan praktisi kedokteran di Indonesia yang hendak meningkatkan kapasitas mereka

Sebagaimana dikatakan Dr. Supriyanto Ardjo Prawiro, dari Departemen FMIPA UI yang juga ketua Aliansi Fisikawan Medik Indonesia.

"Australia sudah sangat maju pemanfaatan teknologi kedokteran nuklirnya. Kita sudah banyak menjalin kerjasama, terutama untuk model pelatihan klinik atau clinical training dimana kita saat ini juga menggunakan sistem Australia. Banyak staf di FMIPA UI juga yang dikirim studi ke Australia," jelasnya.

Supriyanto berharap kerjasama ini ke depan dapat diperluas terutama di bidang riset ilmiah dan pelatihan staf fisikawan medis.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com