"Harga-harga melambung dan membuat barang-barang kebutuhan sehari-hari menjadi sulit didapat," kata Galuh.
Baca Juga: Perhiasan Pertama Orang Indonesia Ditemukan
Orang-orang bahkan mengonsumsi daun-daunan dan buah-buah mentah dimakan untuk mengganjal perut. Pisang, buah tropis yang mudah sekali sampai-sampai menghilang di pasaran akibat tingginya konsumsi.
"Tekanan tersebut membuat mereka mau tak mau harus jeli melihat peluang yang bisa menghasilkan tambahan pendapatan," jelasnya.
Bangsawan sudah tidak bisa lagi hidup mewah, perabot, hewan-hewan peliharaan juga pembantu rumah tangga ditiadakan dari kediaman mereka demi mengurangi pengeluaran.
Sebagai gantinya mereka terpaksa menyewakan kediaman mereka yang cukup besar untuk kantor, sekolah atau pengusaha batik dari luar kota agar mendapatkan penghasilan ekstra.
Sementara yang dilakukan pengungsi juga tak kalah kreatif. Dari mulai membuka warung makanan, bekerja sebagai pelayanan rumah makan atau toko dan juga menggelar dagangan di sepanjang jalan Maliboro.
Seperti yang harus dialami Fatimah. Perempuan pengungsi ini berjualan kopi dan makanan dari singkong di salah satu sudut Maliboro demi menyambung hidup.
"Perang itu bukan hanya soal pertempuran. Tapi banyak realitas sosial yang sangat personal dan humanis yang jarang dikisahkan dalam sejarah," imbuh Galuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.