Meskipun gula memberi makanan bagi sel kanker, gambaran tentang bagaimana sel kanker tumbuh justru "jauh lebih rumit dari itu," kata ahli biologi kanker Universitas New South Wales Dr Darren Saunders.
Dia mengatakan ada bukti kuat beberapa sel kanker juga mendapat makanan dari asam amino (blok protein) atau lipid (zat termasuk lemak dan minyak).
Sumber-sumber makanan ini digunakan sebagai bahan bakar metabolik yang memberi daya pada proses yang dibutuhkan sel, dan sebagai bahan baku untuk membangun sel baru, sama seperti yang terjadi dengan gula.
Namun mereka juga memiliki tujuan sekunder - membantu sel kanker melindungi diri dari kerusakan kimiawi.
Ini gambaran yang kompleks. Jenis sel kanker yang berbeda menggunakan sumber bahan bakar berbeda di waktu yang berbeda. Tapi hal itu, menurut Dr Saunders, mencerminkan arah diagnosa dan pengobatan kanker.
"Kita semakin banyak melihat perbedaan individu sel kanker di antara pasien, bukan lagi memperlakukan mereka dengan instrumen sama," katanya.
Terlalu banyak gula
Meskipun kita tidak perlu khawatir dengan gula yang memberi makanan bagi sel kanker, bukan berarti kita tidak perlu memperhatikan keseluruhan konsumsi gula.
Kue-kue dan minuman manis berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan, termasuk risiko lebih besar terkena kanker tertentu.
Sama seperti lemak yang bisa dikonversi menjadi gula saat dibutuhkan, sebaliknya juga bisa terjadi. Gula bisa disimpan sebagai lemak saat tubuh tidak membutuhkannya.
Profesor Aranda mengatakan mereka yang mengkonsumsi gula lebih tinggi cenderung kelebihan berat badan atau obesitas, yang merupakan faktor penyebab kanker.
"Kami memperkirakan lebih dari 3 persen jumlah kanker yang didiagnosa di Australia terkait dengan obesitas atau kelebihan berat badan," katanya.
Bukti menunjukkan kelebihan berat badan atau obesitas merupakan faktor risiko untuk 10 penyakit kanker berbeda - termasuk kanker usus, payudara dan kanker hati.
Menurut Prof. Aranda, meskipun membatasi asupan gula tidak akan membuat sel kanker kelaparan, namun hal ini dapat membantu mengurangi risiko mengembangkan kanker tertentu.
"Sebenarnya bukan gulanya yang jahat, tapi volume makanan itu. Ini terkait dengan obesitas," katanya.