Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Peneliti Indonesia Jadi Soal Olimpiade Fisika Internasional

Kompas.com - 31/07/2017, 20:08 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -– Kabar baik datang dari siswa Indonesia yang behasil mendapatkan dua medali emas dan tiga medali perak dalam International Physics Olimpiad (IPhO) 2017 di Yogyakarta.

Medali emas berhasil diraih oleh Ferris Prima Nugraha dan Geryy Windiarto Mohamad Dunda, sedangkan medali perak didapatkan oleh Bonfilio Nainggolan, Faizal Husni dan Fikri Makarim Sosrianto.

Olimpiade fisika tingkat internasional ke-48 itu diikuti oleh 395 pelajar dari 86 negara. Untuk mendapatkan medali, mereka mengerjakan serangkaian soal teori dan eksperimen, masing-masing selama 5 jam.

(Baca juga: Indonesia Raih 2 Medali di Olimpiade Fisika APhO Tersulit dalam Sejarah)

Menariknya, soal ekperimen yang disajikan dalam IPhO 2017 adalah hasil penemuan terbaru peneliti Indonesia di bidang fisika, Dr Oki Gunawan dan Dr Yudistira Virgus. Keduanya menyuguhkan temuan terbaru menggunakan magnet yang dibuat oleh produsen asal Amerika Serikat untuk mencari jebakan magnet yang disebut efek punuk unta.

“Magnet batang biasanya kutub utara (dan) selatan di ujungnya. Kalau magnet ini ada di pinggir silinder. Kalau diletakkan berdekatan, nanti potensial yang muncul bentuknya seperti punduk unta,” kata Pendiri Yayasan Simetri Hendra Kwee, PhD, yang menjadi bagian tim akademik dari IPho 2017 saat dihubungi pada hari Senin (31/7/2017).

Saat magnet disusun berdampingan, isi pensil dengan bahan tertentu akan melayang di udara tanpa tambahan input energi lain.

Dalam olimpiade, temuan Oki dan Yudistira digunakan untuk mengetahui dua hal, yakni sifat magnet dari isi pensil mekanik dan mengukur gesekan udara saat isi pensil mekanik melayang.

“Setiap benda yang bergerak di udara ada gesekannya. Kalau mau dioptimalkan harus tahu berapa. Misalnya, bergerak itu ada gesekan udara dan aerodinamika mobil. Kalau aslinya, pengukuran menggunakan video, ketika olimpiade pakai kasat mata saja,” ucap Hendra.

(Baca juga: Banyak Orang Indonesia Anggap Fisika Susah, Inilah Sebabnya)

Hendra menuturkan, pengukuran medan magnet mungkin tak telalu berguna bagi orang awam. Namun, untuk kepentingan fisika, temuan ini dapat diterapkan guna mengetahui sifat magnet pada material yang akan dibuat.

Bila menggunakan alat profesional, menurut Hendra, ratusan juta hingga miliarian uang akan habis untuk mengetahui sifat magnet dan gesekan udara. Dengan temuan Oki dan Yudistira, biaya tersebut dapat ditekan.

Tak berhenti sampai di situ, hasil penelitian tersebut tengah dikembangkan sebagai alat sensor gempa. Getaran pensil yang melayang di udara akan memberikan informasi kekuatan gempa.

Kini, Oki sedang bekerjasama dengan sebuah institut asal Italia. “Italia kan juga negara yang punya banyak gunung api. Alat gempa komersial banyak beredar cuma masih mahal. Harapannya, dengan alat yang lebih sederhana ini bisa lebih murah,” ujar Hendra.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Fenomena Unik: Tonggeret Mulai Menyanyi Saat Cahaya Fajar Muncul
Fenomena Unik: Tonggeret Mulai Menyanyi Saat Cahaya Fajar Muncul
Oh Begitu
Lubang Hitam Tertua Ditemukan, Ukurannya 300 Juta Kali Matahari
Lubang Hitam Tertua Ditemukan, Ukurannya 300 Juta Kali Matahari
Fenomena
Hari Kucing Sedunia: Bahaya Melepas Kucing Menjadi Liar
Hari Kucing Sedunia: Bahaya Melepas Kucing Menjadi Liar
Oh Begitu
Ubi Bikin Kentut? Ini Penjelasan Ilmiahnya dan Siapa Saja yang Perlu Waspada
Ubi Bikin Kentut? Ini Penjelasan Ilmiahnya dan Siapa Saja yang Perlu Waspada
Oh Begitu
Bentuk Kepala Anjing Ternyata Memengaruhi Kepribadiannya
Bentuk Kepala Anjing Ternyata Memengaruhi Kepribadiannya
Oh Begitu
Jejak Tsunami Raksasa di Selatan Jawa: Potensi Ancaman di Masa Depan
Jejak Tsunami Raksasa di Selatan Jawa: Potensi Ancaman di Masa Depan
Fenomena
Mengapa Pria Lebih Cepat Berlari Dibanding Perempuan? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Mengapa Pria Lebih Cepat Berlari Dibanding Perempuan? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Oh Begitu
Misteri Jejak “Hobbit” Purba di Sulawesi: Siapa Pembuat Alat Batu Berusia 1,4 Juta Tahun?
Misteri Jejak “Hobbit” Purba di Sulawesi: Siapa Pembuat Alat Batu Berusia 1,4 Juta Tahun?
Kita
Manfaat Peluk Pohon dalam Forest Bathing: Redakan Stres dan Pulihkan Jiwa
Manfaat Peluk Pohon dalam Forest Bathing: Redakan Stres dan Pulihkan Jiwa
Kita
Bersepeda Pangkas Risiko Kanker dan Penyakit Jantung hingga 50 Persen
Bersepeda Pangkas Risiko Kanker dan Penyakit Jantung hingga 50 Persen
Kita
Susu Kecoa, Superfood Masa Depan yang Mengalahkan Susu Sapi?
Susu Kecoa, Superfood Masa Depan yang Mengalahkan Susu Sapi?
Fenomena
Aroma Surga dari Tanah Tandus: Mengapa Kemenyan dan Mawar Lebih Wangi di Lingkungan Ekstrem?
Aroma Surga dari Tanah Tandus: Mengapa Kemenyan dan Mawar Lebih Wangi di Lingkungan Ekstrem?
Fenomena
Kemenyan Indonesia Berpotensi Jadi Bahan Parfum Premium Dunia
Kemenyan Indonesia Berpotensi Jadi Bahan Parfum Premium Dunia
Oh Begitu
Potensi Sesar Aktif Ditemukan di Semarang, Demak, dan Kendal: Ancaman Tersembunyi di Tengah Kota
Potensi Sesar Aktif Ditemukan di Semarang, Demak, dan Kendal: Ancaman Tersembunyi di Tengah Kota
Fenomena
Penelitian: Tujuh Makanan yang Membantu Perkuat Daya Tahan Tubuh
Penelitian: Tujuh Makanan yang Membantu Perkuat Daya Tahan Tubuh
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau