Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Bunuh Diri Bisa Menular? Psikolog Ini Menjawabnya

Kompas.com - 22/07/2017, 21:07 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com –- Chester Bennington, vokalis Linkin Park meninggal dunia pada Kamis (20/7/2017) di usianya ke-41. Bennington memilih mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri di kediamannya di Palos Verdes Estates, California.

Peristiwa ini mungkin mengingatkan masyarakat Indonesia dengan Pahinggar Indrawan yang menjerat dirinya sendiri dan menyiarkannya secara langsung melalui akun Facebook pada bulan Maret 2017 lalu. Pada saat itu, timbul kekhawatiran bila aksi Pahinggar dapat menulari orang lain untuk bunuh diri. Namun, benarkah demikian?

Psikolog klinis dan forensik Kasandra Putranto mengatakan, definisi menular tidaklah tepat digunakan untuk peristiwa bunuh diri. Menular, lanjut dia, lebih tepat dipakai untuk perpindahan virus penyebab penyakit dari satu manusia ke manusia lainnya.

(Baca juga: Apa yang Harus Kita Pelajari dari Kematian Chester Bennington?)

“Bunuh diri itu bukan menular. Orang sering bilang bunuh diri menular, tapi itu tidak cocok. Tepatnya, membuat orang lain memiliki ide yang sama,” kata Kasandra saat dihubungi pada hari Jumat (21/7/2017).

Kasandra menuturkan, bunuh diri terkait dengan depresi. Selain itu, bunuh diri juga ditenggarai dengan kondisi genetis yang dibawa dari kedua orang tua dan lingkungan sosial.

“Orang-orang depresi itu diduga ada kaitannya dengan rendahnya dopamin, adrenalin, dan ketidakseimbangan serotonin. Lalu, ada juga kadar zinc dalam darah yang rendah,” ucap Kasandra.

Menurut Kasandra, indikasi depresi terjadi saat seseorang lebih memilih menyendiri dan tidak melakukan apapun. Termasuk tidak ingin bertemu dengan orang lain hingga tidak ingin makan.

Pada tahap ini, seseorang merasa tidak bahagia dan perasaan menjadi seseorang yang sia-sia membekas di dalam otak hingga suatu rangsangan dari luar dapat mencetuskan untuk melakukan tindakan bunuh diri. Rangsangan itu bisa datang dalam beragam bentuk seperti film, musik, dan berita.

(Baca juga: Jangan Hanya Ditangisi, Ambil Pelajaran Ini dari Perjuangan Jupe)

Untuk berita kematian Bennington misalnya, Kasandra menganjurkan kepada pasiennya untuk tidak terlalu banyak menonton televisi atau membaca berita terkait hal itu.

“Film, lagu, berita, itu harus hati-hati karena itu sangat memberikan ide bagi orang yang sedang bersedih. Kalau didengarkan terus oleh orang yang sedang sedih, (lagu itu) malah bisa jadi pemicu,” ujar Kasandra.

Dia pun mengakui bahwa ada salah satu pasiennya yang membaca berita kematian Bennington kemudian menjadi terngiang dan terinspirasi, hingga sempar terpikir untuk bunuh diri.

"Saya sarankan jangan banyak baca, jadi lebih baik mengerjakan hal-hal lain. Jangan buka Facebook juga,” lanjut Kasandra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau