Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sileri, Kawah Terganas Dieng yang Mampu Lenyapkan Desa

Kompas.com - 05/07/2017, 21:33 WIB
Iqbal Fahmi

Penulis

Surip mengungkapkan, awal mula insiden mengerikan itu adalah aktivitas Kawah Sinila yang berada di antara Desa Batur, Desa Sumberejo, Desa Pekasiran, dan Desa Kopucukan, Kecamatan Batur, Banjarnegara.

Letusan Kawah Sinila dipicu oleh adanya gempa yang melanda kawasan Dieng. Tercatat ada tiga kali gempa yang terjadi pukul 01.55, 02.40, dan 04.00 WIB. Puncaknya, pada pukul 05.04 WIB.

Kawah Sinila meletus dan mengeluarkan awan kelabu pekat disertai dengan dentuman keras yang menyentak warga Dieng. Kurang dari satu jam, letusan kedua terdengar. Kali ini lahar panas mengalir dari dalam Kawah Sinila. Aliran lahar panas ini memotong akses jalan setempat sehingga membuat warga empat desa itu terisolasi.

“Tepat pukul 06.50, kawah baru, Sigluduk (250 meter sebelah Barat Kawah Sinila) mulai mengeluarkan uap. Total volume lahar yang keluar dari Kawah Sinila sekitar 15.000 meter kubik,” tutur Surip.

Warga Desa Kopucukan yang berada paling dekat dengan Kawah Sinila pun berduyun-duyun melarikan diri. Namun, mereka tidak sadar jika lubang kecil dan rekahan baru yang tercipta akibat aktivitas vulkanik itu mengeluarkan gas CO2 dan H2S yang sangat mematikan. Dari data PVMBG, kompleks Kawah Sinila mengembuskan sekitar 200.000 ton gas karbon dioksida murni dalam waktu sangat cepat.

Beberapa di warga yang menuju ke barat arah Batur justru terperangkap dalam kepungan gas beracun yang sudah menanti di sekitar Kawah Timbang. Puluhan warga yang mengungsi itu tak sadar mereka sudah berada di area yang dipenuhi gas beracun. Pasalnya, selain tidak berwarna, gas beracun itu juga tidak berbau.

Satu per satu dari mereka tiba-tiba terkapar lemas di tepi jalan, yang lainnya tewas di dekat sebuah gedung sekolah dasar setelah mencoba menolong sanak keluarga mereka yang telah bergelimpangan di jalan.

Sekitar 15.000 warga Dieng dari enam desa diungsikan. Status bencana nasional diturunkan dan zona tersebut diisolasi total. Beberapa hari kemudian, petugas dengan perlengkapan masker anti gas beracun turun ke lokasi untuk mengevakuasi mayat korban dan menguburkannya secara masal di desa setempat.

Puluhan ribu manusia bermukim di ceruk Kaldera Purba

Dataran Tinggi Dieng adalah kawasan vulkanik aktif di Jawa Tengah yang berada pada ketinggian rata-rata 2.000 meter diatas permukaan laut. Secara administratif, wilayah ini terbagi menjadi Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.

Dalam laporan ekspedisi cincin api yang ditulis oleh Kompas, Dieng merupakan kaldera raksasa purba berukuran panjang 14 kilometer dan lebar 6 kilometer dengan arah timur ke barat yang sangat padat penduduk.

Selain karena keindahan panorama alam dan potensi pariwisata, daya tarik utama warga untuk bermukim di ceruk kawah purba itu adalah tanah subur yang terbentang dari material letusan gunung api-gunung api di kompleks Dieng.

Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan, pada tahun 2015, total jumlah penduduk Dieng (Kecamatan Batur dan Kejajar) mencapai 80.333 jiwa. Dengan kata lain, kepadatan penduduk disana mencapai 956 jiwa per kilometer persegi.

Data tersebut tentu menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah untuk melindungi semua warga negara yang bermukim di kawasan Dieng, mengingat di wilayah tersebut ada sekitar 10 kompleks kawah yang gejolaknya siap melenyapkan apapun yang berada di sekitarnya.

Untuk itu, keberadaan Pos Pemantauan Gunung Api Dieng yang merupakan bagian dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menjadi sebuah keniscayaan. Peralatan yang mumpuni, guna deteksi dini aktivitas vulkanik Dieng, harus selalu menjadi prioritas.

Namun demikian, pasca-erupsi Kawah Sileri, fakta tentang minimnya peralatan petugas pos pantau akhirnya terkuak. Surip mengatakan, alat Multi Gas Reader yang ditanam di kawah terganas Dieng itu telah rusak.

Bangkai teknologi pemantau gas beracun dan suhu kawah tersebut telah diangkat pada Senin (4/7/2017). Di sana terlihat jelas, bagaimana kekuatan ledakan yang membuat box baja itu menjadi tak lagi simetris.

Meskipun pihaknya selalu melakukan pengecekan ke lapangan setiap enam jam sekali, namun hal tersebut tampaknya tidak mangkus dan sangkil dibandingkan dengan menggunakan alat yang diinstal di sekitar lokasi kawah.

“Kami sudah mengajukan ke PVMBG untuk mengganti alat yang rusak di Kawah Sileri, alat ini sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi kawah secara real time,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com