Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpanggil untuk Menjaga Kesehatan Masyarakat Pedalaman

Kompas.com - 27/03/2017, 18:15 WIB

Kompas.com/Lusia Kus Anna Dr.Milka Tiranda, ahli kesehatan masyarakat di RS Waa Banti, Tembagapura, Papua.
Desa-desa yang menjadi wilayah kerja Milka pada umumnya tidak memiliki akses jalan dan hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki atau menggunakan helikopter. Listrik dan sinyal telepon adalah hal langka di sana. Setiap bulan selama beberapa hari ia terbang ke kampung-kampung itu menggunakan helikopter bantuan PT Freeport Indonesia.

"Biasanya saya tiga hari ada di desa-desa itu. Memberi imunisasi, pengobatan, pemeriksaan TB-HIV, dan juga penyuluhan kesehatan," ujarnya.

Dari titik tempat perhentian helikopter, ia dan timnya akan berjalan kaki menuju desa-desa yang tidak bisa dijangkau puskesmas. "Jalan kaki naik turun bukit sekitar dua jam sudah biasa. Kalau cuacanya buruk, helikopter tidak bisa menjemput sehingga jadwal kepulangan bisa molor," katanya.

Walau harus menantang fisik, tetapi Milka sangat mencintai pekerjaannya. "Kondisi medan memang melelahkan, tapi semua terbayarkan dengan sikap tulus mereka, apalagi kalau nasihat kita diikuti," ujarnya.

Sebagai dokter kesehatan masyarakat, target Milka adalah membuat masyarakat mampu menjalankan pola hidup bersih dan sehat untuk mencegah penyakit. Ia juga sempat melanjutkan studinya di bidang kesehatan masyarakat selama dua tahun di UGM. Setiap dua bulan sekali ia akan pulang ke Tembagapura dan berkeliling lagi ke desa-desa.

"Dulu waktu saya pertama terjun ke kampung-kampung, banyak mama-mama yang ingusan seperti anak kecil. Sekarang sudah tidak lagi. Bahkan, mereka juga sudah bisa mengenali sedikit-sedikit gejala penyakit seperti pneumonia atau tuberkulosis," katanya senang.

Berkat kehadiran kader-kader binaannya, kini tingkat putus obat pasien tuberkulosis semakin rendah. Demikian juga dengan kedisiplinan orang dengan HIV untuk terus minum obat. Kesadaran untuk mendapat imunisasi juga meningkat.

Keberhasilan Milka itu tidak mudah. Sejak awal ia berusaha membaur dengan masyarakat.

"Saat ke kampung, saya harus rela tidur di rumah warga beralas tikar. Kalau ditawari makanan pun tidak boleh jijik meski tangan mereka saat memasak kotor. Pelan-pelan saya ajari pentingnya menjaga kebersihan tangan," katanya.

Ia juga berupaya mengikuti jadwal kegiatan warga desa. "Tidak gampang mengumpulkan warga untuk mendengar penyuluhan. Jadi saya yang menyesuaikan dengan ikut kegiatan ibu-ibu ke kebun, ke gereja, atau mendulang emas," paparnya.

Tantangan medan yang berat dan cuaca bukanlah satu-satunya hambatan yang dihadapi Milka. Karena suku-suku di distrik Tembagapura ini sering berperang, terpaksa Milka dan timnya tidak bisa datang ke desa-desa.

Ia dan tenaga kesehatan di RS Waa Banti juga pernah dikawal polisi dan tentara untuk mencapai rumah sakit karena lokasi peperangan ada di dua kampung di sekitar rumah sakit.

"Kalau sedang ada perang, kami hanya di rumah sakit Waa Banti saja. Kalau ada korban yang darurat baru dijemput helikopter untuk dirawat," katanya.

Membagi talenta

Walau sebenarnya punya banyak kesempatan untuk hidup nyaman dengan berpraktik di kota, namun Milka dan suami memiliki keinginan kuat memajukan masyarakat Papua.

"Mereka sebenarnya punya tanah yang kaya, seharusnya mereka lebih maju dari daerah lain. Saya juga sudah diberi talenta oleh Tuhan, sudah selayaknya saya bagikan pada mereka yang membutuhkan," katanya.

Dalam menjalankan tugasnya ke desa pedalaman, Milka terkadang mengajak kedua buah hatinya untuk merasakan langsung pengalaman turun ke masyarakat.

"Sejak mereka SD dan SMP, setiap libur pasti saya ajak ke kampung-kampung jalan kaki," katanya.  

Milka merasa bahagia karena putra keduanya, Geraldus Randi Ardanto (19) tertarik mengikuti jejak ayah ibunya menjadi dokter. "Ia baru tingkat satu di Fakultas Kedokteran UGM. Kalau kakaknya yang perempuan malah tertariknya ke jurusan teknik," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com