Inovasi Bertanggung Jawab dalam Konteks Indonesia

Kompas.com - 13/02/2017, 19:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorYunanto Wiji Utomo

Demikian pula di NTT, yaitu di Lamalera, perburuan ikan paus merupakan budaya yang harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku, seperti pembatasan jumlah ikan yang diburu dan jenis ikan paus tertentu. Ini tentu berbeda dengan perburuan ikan paus dilakukan oleh orang-orang Jepang untuk konsumsi industri yang kini menuai protes. Budaya-budaya di Indonesia dapat menjadi faktor pendukung dalam menerapkan etika lingkungan.   

Selain kearifan lokal, saya pikir relevan menilai inovasi melalui pendekatan humanisme. Para inovator, terutama pembuat kebijakan, perlu menyesuaikan inovasi yang akan diterapkan dengan mengacu pada nilai-nilai kemanusiaan.

Transportasi publik, seperti misalnya pembangunan MRT di Jakarta, tentunya mesti didesain dalam batas-batas kenyamanan penggunanya.

Hal itu meliputi lingkungan sekitar infrastruktur MRT. Mengenai hal ini, kita bisa mengacu etika desain melalui teori mediasinya Verbeek (2005). Etika ini menjelaskan bagaimana perilaku manusia dalam banyak hal terkondisikan (termediasikan) oleh teknologi.

Melalui teori mediasi, pembahasan tentang etika tidak terbatas pada manusia tetapi juga termasuk teknologi yang digunakannya. Inovasi seharusnya ditelaah melalui analisa etika desain.   

Inovasi tentunya juga memerlukan refleksi dengan mengacu nilai-nilai yang tidak bias gender.

Teknologi bias gender dibahas oleh Judi Wajcman, sosiolog cum feminis, dalam bukunya Feminism Confronts Technology (1991). Menurutnya, perkembangan teknologi modern tidak mempertimbangkan pengalaman perempuan. Dalam dunia perindustrian, misalnya, mesin dibuat seturut dengan teknik-teknik yang bersifat maskulin, sehingga perempuan tidak memiliki kesempatan untuk bekerja.

Teknologi lainnya yang bias gender, menurut Wajcman, instrumentasi medis reproduksi yang memosisikan perempuan seperti objek-objek dalam penelitian keilmuan. Kemudian teknologi rumah tangga (household technology) yang alih-alih membebaskan pekerjaan, malah mengategorikan dan memosisikan perempuan sebagai pekerja rumah tangga.
Berdasarkan kritik Wajcman tersebut, maka dalam proses desain diperlukan pertimbangan tidak hanya dari perspektif moral tetapi juga feminisme.

Teknologi yang semakin canggih memang menjadi tantangan tersendiri. Munculnya transhumanisme merupakan respon terhadap ilmu dan teknologi yang melampaui nilai-nilai kemanusiaan.

Transhumanis bersikap optimistis mediasi teknologis dapat mengatasi keterasingan hidup manusia. Wacana etis yang baru-baru ini muncul life extension dengan metode cryonics. Dengan cryonics, tubuh manusia yang masih hidup dibekukan di temperatur dingin di bawah 196 derajat celsius untuk menunda kematian.

Di Amerika, seperti laporan Hannah Devlin di situs The Guardian (18/11/2016), terdapat sekitar 350 orang membeku melalui cryonics. Dengan menunda kematian, mereka berharap ditemukan metode pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit yang menyebabkan kematian.

Namun demikian, cryonics belum bisa menjamin apakah dapat menghidupkan kembali secara normal manusia yang dibekukan, pasalnya pembekuan dapat merusak lapisan sel-sel halus dalam otak.

Melalui perspektif humanisme, teknologi yang memiliki dampak-dampak yang tak terpikirkan sebelumnya bukan hanya menjadi tanggung jawab para inovator, baik itu secara individu atau pun organisasional, tetapi juga tanggung jawab bersama.

Kesadaran (awareness) akan non-neutralitas teknologi, yaitu dalam kapasitasnya mengatasi dan menghasilkan berbagai persoalan, menjadi strategi menghadapi masa depan. Humanisme dalam inovasi bertanggung jawab saya kira dapat menjadi solusi persoalan yang bersifat global, bahwa teknologi pada dasarnya dibuat untuk kepentingan hidup manusia.

*Peneliti di The Society of Philosophy and Technology

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:



Video Pilihan Video Lainnya >

Terpopuler

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau