KIMBERLEY, KOMPAS.com - Australia, terutama di kawasan Kimberley, akhir-akhir ini dibuat kewalahan dengan invasi kodok tebu (cane toad). Awalnya, kodok ini dimanfaatkan untuk memberantas hama kumbang di perkebunan tebu, namun akhirnya menjadi persoalan dalam rantai makanan.
Penyebabnya, kodok tebu tak memiliki predator di alam. Hewan-hewan karnivora yang endemis yang berusaha memakannya dibuat mati. Bahkan, buaya yang memakan kodok ini juga banyak ditemukan mati.
Kodok tebu dianggap bertanggung jawab dalam kepunahan kelelawar hantu. Banyak kelelawar ini yang mati dan setelah diteliti di dalam perutnya terdapat tulang-tulang kodok tebu yang mereka makan.
Kodok tebu juga memakan tikus dan hewan-hewan kecil lainnya, bahkan kodok tebu mampu membunuh seekor anjing. Racun di sekujur tubuhnya berdampak buruk terhadap binatang lain, walaupun tak memiliki efek terhadap manusia.
Kini, kawasan Kimberley tampaknya telah menemukan cara untuk keluar dari rumitnya invasi kodok tebu. Cara yang ditempuh sangat unik: memanfaatkan bau kodok tebu yang tak enak untuk "melatih" predator-predator lokal agar tak lagi mau mendekati kodok bau itu.
Warga di sebelah utara negara bagian Australia Barat telah diminta untuk mengumpulkan kodok sebanyak-banyaknya, untuk dibuat menjadi daging cincang. Daging cincang ini kemudian akan dibuat sosis yang dikirim ke seluruh penjuru di kawasan Kimberley.
Sosis yang bau ini akan menimbulkan mual bagi predator yang memakannya. Kelak, predator itu diharapkan tak akan lagi mau memakan kodok bau itu. Jangankan memakan, mendekati pun hewan-hewan itu sudah tak mau karena sudah "terlatih".
Upaya ini adalah bagian dari proyek konservasi skala besar dengan tujuan membuat rasa tidak enak atau jijik dari hewan-hewan asli Australia. Proyek ini pernah sukses diuji coba di Kawasan Australia Utara.
"Idenya adalah kita memberi makan sosis daging kodok (jenis cane toad atau kodok tebu) ke hewan seperti hewan quolls (hewan jenis marsupial yang merupakan hewan asli Australia dan ditemukan juga di Papua Nugini). Dengan memakan daging kodok, hewan seperti quolls akan muntah dan merasa enggan untuk memakannya lagi," jelas Corrin Everitt, dari Western Australia Parks and Wildlife.
"Pekerjaan yang telah kita lakukan sejauh ini efektif. Terlihat dari antara 50 hingga 70 persen dari hewan quoll dalam suatu populasi yang memakan sosis kemudian mendapatkan 'pelajaran' untuk menghindari kodok," papar Corrin.
Jadi keputusan telah dibuat untuk melakukan distribusi sosis daging kodok skala besar. Untuk melakukannya, tim peneliti akan membutuhkan banyak kodok.
"Kami meminta masyarakat dari kawasan Kununurra untuk mengumpulkan kodok sebanyak mungkin," kata Corrin.
"Jika mereka memilih mengumpulkan kodok hidup, makan antarkan pada kami dan kami akan menyuntik mati. Atau jika mereka cukup percaya diri untuk mematikan kodok dengan metode pendinginan dan pembekuan, maka kita menerima juga kodok beku," papar Corrin.
Sampai sekarang sosis daging kodok dibuat dengan tangan, proses ini dirasakan oleh para ilmuwan "agak sadis".
Parks and Wildlife saat ini sedang dalam pembicaraan dengan pabrik di Australia Barat untuk membuat sosis dalam bentuk produksi masal.