Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosis Daging Kodok Dibuat untuk Selamatkan Hewan Asli Australia

Kompas.com - 17/11/2016, 16:27 WIB

KIMBERLEY, KOMPAS.com - Australia, terutama di kawasan Kimberley, akhir-akhir ini dibuat kewalahan dengan invasi kodok tebu (cane toad). Awalnya, kodok ini dimanfaatkan untuk memberantas hama kumbang di perkebunan tebu, namun akhirnya menjadi persoalan dalam rantai makanan.

Penyebabnya, kodok tebu tak memiliki predator di alam. Hewan-hewan karnivora yang endemis yang berusaha memakannya dibuat mati. Bahkan, buaya yang memakan kodok ini juga banyak ditemukan mati.

Kodok tebu dianggap bertanggung jawab dalam kepunahan kelelawar hantu. Banyak kelelawar ini yang mati dan setelah diteliti di dalam perutnya terdapat tulang-tulang kodok tebu yang mereka makan.

Kodok tebu juga memakan tikus dan hewan-hewan kecil lainnya, bahkan kodok tebu mampu membunuh seekor anjing. Racun di sekujur tubuhnya berdampak buruk terhadap binatang lain, walaupun tak memiliki efek terhadap manusia.

Kini, kawasan Kimberley tampaknya telah menemukan cara untuk keluar dari rumitnya invasi kodok tebu. Cara yang ditempuh sangat unik: memanfaatkan bau kodok tebu yang tak enak untuk "melatih" predator-predator lokal agar tak lagi mau mendekati kodok bau itu.

Warga di sebelah utara negara bagian Australia Barat telah diminta untuk mengumpulkan kodok sebanyak-banyaknya, untuk dibuat menjadi daging cincang. Daging cincang ini kemudian akan dibuat sosis yang dikirim ke seluruh penjuru di kawasan Kimberley.

Sosis yang bau ini akan menimbulkan mual bagi predator yang memakannya. Kelak, predator itu diharapkan tak akan lagi mau memakan kodok bau itu. Jangankan memakan, mendekati pun hewan-hewan itu sudah  tak mau karena sudah "terlatih".

Upaya ini adalah bagian dari proyek konservasi skala besar dengan tujuan membuat rasa tidak enak atau jijik dari hewan-hewan asli Australia. Proyek ini pernah sukses diuji coba di Kawasan Australia Utara.

"Idenya adalah kita memberi makan sosis daging kodok (jenis cane toad atau kodok tebu) ke hewan seperti hewan quolls (hewan jenis marsupial yang merupakan hewan asli Australia dan ditemukan juga di Papua Nugini). Dengan memakan daging kodok, hewan seperti quolls akan muntah dan merasa enggan untuk memakannya lagi," jelas Corrin Everitt, dari Western Australia Parks and Wildlife.

"Pekerjaan yang telah kita lakukan sejauh ini efektif. Terlihat dari antara 50 hingga 70 persen dari hewan quoll dalam suatu populasi yang memakan sosis kemudian mendapatkan 'pelajaran' untuk menghindari kodok," papar Corrin.

Jadi keputusan telah dibuat untuk melakukan distribusi sosis daging kodok skala besar. Untuk melakukannya, tim peneliti akan membutuhkan banyak kodok.

"Kami meminta masyarakat dari kawasan Kununurra untuk mengumpulkan kodok sebanyak mungkin," kata Corrin.

"Jika mereka memilih mengumpulkan kodok hidup, makan antarkan pada kami dan kami akan menyuntik mati. Atau jika mereka cukup percaya diri untuk mematikan kodok dengan metode pendinginan dan pembekuan, maka kita menerima juga kodok beku," papar Corrin.

Sampai sekarang sosis daging kodok dibuat dengan tangan, proses ini dirasakan oleh para ilmuwan "agak sadis".

Parks and Wildlife saat ini sedang dalam pembicaraan dengan pabrik di Australia Barat untuk membuat sosis dalam bentuk produksi masal.

Tujuan dari program sosis untuk menahan potensi kepunahan jenis-jenis hewan dari gelombang mematikan kodok yang berpindah ke suatu daerah.

Koleksi Jasper Kruse Sosis dari daging kodok jenis 'cane toad' untuk diberikan kepada hewan-hewan asli Australia, sehingga mereka akan merasa mual dan berhenti makan kodok yang sudah mati.
Profesor Rick Shine dari Sydney University, yang membantu mengembangkan proyek itu, mengatakan hewan-hewan asli Australia adalah yang paling terancam dari kodok tersebut.

"Dalam beberapa bulan kodok tiba di daerah ini, kita mendapatkan 95 persen dari hewan jenis goanna mati, begitu juga dengan quoll, kadal lidah biru, dan beberapa buaya air tawar," katanya.

"Kita tidak bisa menerapkan seluruhnya karena kawasan Kimberley sangat besar, tapi jika kita dapat membuat ruang di mana predator asli bisa bertahan hidup maka mereka dapat menempati tempat lain setelah kodok pergi," jelas Corrin.

 

Sangat tidak enak

Bagi yang penasaran ingin tahu bagaimana bau dan bentuk kodok sosis, Profesor Rick mengakui tidak semua orang akan tahan melihatnya. Selain bau, kodok ini juga beracun sehingga predator yang memakannya akan mati.

"Ini bukan sesuatu yang bisa Anda konsumsi, sosis ini tidak terlalu menyenangkan. Tetapi sepertinya akan menjadi cara yang sangat efektif untuk menyelamatkan predator langka kita dari invasi kodok," katanya.

"Ini menjadi waktu yang menarik. Kodok menginvansi Australia telah menghancurkan (hewan predator endemis Australia yang berusaha memakan kodok beracun). Sekarang kita memiliki metode sederhana yang dipercaya dapat mengurangi dampak dari kodok dan saya senang melihat kerja sama yang kita dapatkan dari kawasan Kimberley dengan mencoba untuk membuat eksperimen ini," kata Rick.

Kodok-kodok diharapkan dapat dikumpulkan dalam beberapa bulan mendatang untuk membuat sosis di akhir musim hujan. (Erin Parke)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com