Bagi masyarakat Jepang, ketindihan dipercaya terjadi karena kanashibari atau seorang dukun memanggil roh untuk mencekik musuh yang menyebabkan ia terikat seolah dirantai.
Dalam sebuah studi pada pengungsi Kamboja pada tahun 1970, penelitian mengungkapkan adanya khmaoch sangkat atau hantu menindih orang yang sedang tidur. Cerita serupa juga ada pada budaya tradisional China.
Di Thailand, ketindihan dipercaya terjadi karena adanya hantu phi am yang mendatangi orang yang setengah tidur hingga tak bisa bergerak.
Meski kisah-kisah itu terdengar menyeramkan, ketindihan atau sleep paralysis sebenarnya dapat dijelaskan secara biologis.
Menurut Brian Sharpless, profesor psikologi klinis dari Argosy University, Washington DC, "ketindihan" disebabkan oleh terganggunya siklus REM atau rapid eye movement ketika orang sedang tidur.
Dalam posisi REM, orang biasanya sedang bermimpi. Ketika itu terjadi, batang otak akan melumpuhkan tubuh dengan menghambat kinerja neuron motorik. Ketika orang mengalami ketindihan, mimpi dan lumpuhnya badan terjadi secara bersamaan ketika orang setengah sadar.
“Ini berarti, mimpi itu secara teknis adalah halusinasi. Itu tampak jelas seperti ketika Anda sedang bangun. Bahkan, bisa juga multisensori yang berarti ketika ketindihan, kalian tidak hanya melihat, tapi bisa juga mendengar, dan dalam beberapa kasus, merasakannya juga,” kata Sharpless.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.