KOMPAS.com — Fenomena sleep paralysis atau biasa disebut dengan ketindihan menjadi kondisi yang menakutkan bagi kebanyakan orang selama berabad-abad.
Sebuah kajian yang dipimpin oleh Jose FR de Sa dari Jungian Institute of Bahia, Brasil, mengungkap kisah-kisah menakutkan mengenai ketindihan dari berbagai budaya di belahan dunia.
Pengumpulan kisah-kisah itu bertujuan memperkaya pengetahuan tentang pengalaman ketindihan dari sisi psikologis dan budaya.
“Cerita-cerita ini menunjukkan bagaimana sebuah fenomena biologis dapat ditafsirkan secara berbeda-beda oleh masyarakat,” tulis de Sa dalam kajiannya seperti dikutip Livescience, beberapa waktu lalu.
Menurut kajian yang dipublikasikan dalam Frontiers of Psychology tersebut, setidaknya ada tiga macam kisah menakutkan dari berbagai budaya di seluruh dunia yang menguraikan pengalaman ketindihan.
Makhluk misterius menindih dada
Kisah dari Brasil menguraikan, ketindihan terjadi karena ada sesosok makhluk berkuku panjang dan mengendap-endap di langit-langit rumah.
Makhluk berkuku panjang itu dinamai Pisadeira. Ketindihan terjadi karena makhluk itu masuk ke dalam rumah dan menginjak-injak dada orang yang sedang tidur.
Sementara masyarakat di Catalonia di Spanyol menjelaskan, ketindihan terjadi karena seekor binatang berwarna hitam yang disebut Pesanta memasuki rumah dan duduk di atas dada orang yang sedang tertidur.
Di Newfoundland, Kanada, ketindihan dipercaya terjadi karena adanya wanita tua bernama Old Hag yang datang dan menindih orang yang sedang tertidur.
Kisah serupa juga dituturkan oleh beberapa etnis di Vietnam dan Laos yang menjelaskan hal itu sebagai akibat roh yang duduk di atas dada orang yang sedang tertidur.
Kisah mengenai makhluk yang menindih dada juga digunakan untuk orang Meksiko. Makna istilah ketindihan dalam bahasa Meksiko sendiri adalah mayat merayap ke atas tubuhku.
Mantra dari dukun dan hantu yang menindih
Dalam budaya Inuit, ketindihan dipercaya terjadi akibat kiriman mantra.
Mantra dari dukun menyebabkan seseorang mengalami uqumangirnig atau dikunjungi oleh kehadiran yang tak berbentuk.
Bagi masyarakat Jepang, ketindihan dipercaya terjadi karena kanashibari atau seorang dukun memanggil roh untuk mencekik musuh yang menyebabkan ia terikat seolah dirantai.
Dalam sebuah studi pada pengungsi Kamboja pada tahun 1970, penelitian mengungkapkan adanya khmaoch sangkat atau hantu menindih orang yang sedang tidur. Cerita serupa juga ada pada budaya tradisional China.
Di Thailand, ketindihan dipercaya terjadi karena adanya hantu phi am yang mendatangi orang yang setengah tidur hingga tak bisa bergerak.
Meski kisah-kisah itu terdengar menyeramkan, ketindihan atau sleep paralysis sebenarnya dapat dijelaskan secara biologis.
Menurut Brian Sharpless, profesor psikologi klinis dari Argosy University, Washington DC, "ketindihan" disebabkan oleh terganggunya siklus REM atau rapid eye movement ketika orang sedang tidur.
Dalam posisi REM, orang biasanya sedang bermimpi. Ketika itu terjadi, batang otak akan melumpuhkan tubuh dengan menghambat kinerja neuron motorik. Ketika orang mengalami ketindihan, mimpi dan lumpuhnya badan terjadi secara bersamaan ketika orang setengah sadar.
“Ini berarti, mimpi itu secara teknis adalah halusinasi. Itu tampak jelas seperti ketika Anda sedang bangun. Bahkan, bisa juga multisensori yang berarti ketika ketindihan, kalian tidak hanya melihat, tapi bisa juga mendengar, dan dalam beberapa kasus, merasakannya juga,” kata Sharpless.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.