Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Cahyo Rahmadi
Peneliti

Peneliti di Pusat Penelitian Biologi LIPI yang menekuni taksonomi kalacemeti (Amblypygi) dan biologi gua. Sarjana biologi diperoleh dari Fakultas Biologi UGM, dan meraih gelar doktor dari Faculty of Science and Engineering Ibaraki University. Aktif di kegiatan penelusuran gua dan saat ini menjadi Presiden Indonesian Speleological Society (ISS).

Spora Speleologi dari Yogyakarta

Kompas.com - 28/09/2016, 10:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Proses inilah yang terkadang tidak diperhatikan, semua hasil pengukuran lapangan, sketsa dasar dan bahkan penggambaran peta tidak dianggap sebagai hal yang penting.

Erin Lynch menyampaikan pentingnya arsip proses pemetaan yang terkadang sulit untuk dilacak keberadaannya ketika sang penelusur gua pindah, tidak aktif atau bahkan meninggal.

Inilah tantangan ke depan bagaimana penelusur gua Indonesia bisa memikirkan proses pemetaan gua sebagai bagian penting dan semua dokumen diarsipkan baik manual maupun digital.

Keterbukaan peta

Ada beberapa hal yang terkadang menjadi kendala di speleologi Indonesia yakni keterbukaan peta. Beberapa organisasi setelah melakukan eskpedisi, ekplorasi terkadang hanya menyimpan hasil peta guanya.

Beberapa pihak terkadang kesulitan untuk mengakses karena keterbukaan peta masih menjadi hal yang langka.

Ada beberapa alasan untuk menyimpan peta dan tidak diketahui oleh publik, salah satunya ketakutan untuk disalah gunakan seperti dicomot tanpa memberi penghargaan, digunakan untuk kepentingan pemanfaatan gua yang berlebih bahkan mungkin juga ego karena keinginan menjadi satu-satunya dan yang pertama.

Di era digital ini, semua itu menjadi tidak beralasan dan tidak mendatangkan manfaat karena yang terjadi justru pengulangan peta gua yang tidak menambah kekayaan pengetahuan speleologi.

Selain itu, menghamburkan tenaga dan daya upaya yang tidak meningkatkan kebaruan speleologi.

Untuk itu, perlu dibuat komitmen bersama untuk bergotong royong untuk mewujudkan keterbukaan data dan informasi yang dapat digunakan sebagai rujukan semua orang.

Keberadaan program CavesID yang saat ini dikelola ISS, melalui laman http://peta.caves.or.id/ saat ini mencatat sedikitnya 1300 gua di Indonesia. Informasi yang tersedia masih sebatas sebaran mulut gua, mata air dan beberapa fenomena karst penting.

Jika platform ini disepakati bersama, Indonesia sudah tidak perlu membangun dari awal lagi, karena platform, ketersediaan laman dan server sudah tersedia meskipun di beberapa hal memerlukan penyempurnaan.

Saat ini hanya perlu konsensus bersama sehingga data dan informasi gua yang dihasilkan “spora speleologi” dari Yogyakarta ini dapat terwadahi. Tujuannya agar indikator kemajuan dan pengetahuan speleologi Indonesia dapat diukur dan memberi manfaat sebesar-besarnya untuk masyarakat melalui pemanfaatan berkelanjutan dan kepentingan konservasi karst dan gua di Indonesia.

Semoga ke depan, Indonesia semakin kaya dengan karya-karya peta gua yang dihasilkan “spora-spora” yang telah menyebar ke seluruh pelosok Indonesia sehingga kemerataan pengetahuan teknik survai dan perkembangan speleologi di setiap daerah dapat terwujud.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com