Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mendapatkan "Lotre" HIV, Pelajaran dari "Straight" dan Gay

Kompas.com - 01/12/2015, 13:02 WIB

Kurang memberdayakan diri

Bagi perempuan heteroseksual, sikap kurang memberdayakan diri menjadi salah satu sebab utama terinfeksi HIV. Perempuan heteroseksual kerap menjadi korban.

Banyak perempuan heteroseksual mempunyai mimpi menikah, mempunyai anak, memiliki satu cinta untuk selamanya. Itu tak salah. Namun, kadang perempuan kurang waspada.

"Tes HIV sebelum menikah. Jangan sampai seperti saya," ujar Anisa, perempuan asal Jakarta yang kini menjadi orangtua tunggal untuk empat anaknya.

"Kalau memang tahu calon pasangan terinfeksi, pernikahan tetap bisa dilanjutkan. Orang HIV tetap bisa menikah dan punya anak yang negatif," imbuhnya.

Tahun 2008, suami Anisa mengalami penyakit hati. Sang suami pemakai narkoba suntik. Tubuhnya kurus dan sering batuk hingga mengeluarkan lendir berwarna kuning.

Pemeriksaan HIV mengungkap bahwa suami Anisa HIV positif. Sayang, Anisa kala itu tak langsung memeriksakan diri. Ia baru mengecek status HIV-nya pada tahun 2010, setelah sang suami meninggal.

Sikap mengabaikan dan mengingkari risiko disesalkan Anisa. Karena sikap itu, dia harus melahirkan satu anak dengan HIV beberapa saat sebelum sang suami "pergi".

Kepada semua perempuan, Anisa berpesan bahwa HIV bisa masuk dalam tubuh siapa pun. Dia bercerita bahwa dirinya pun tak menyangka bisa terinfeksi.

"Sampai saat saya tahu saya positif, saya mengobrak-abrik meja dokter. Saya berteriak, tidak mungkin saya terinfeksi. Saya bukan PSK. Saya malah guru ngaji," ujar Anisa.

Mengekspresikan diri, tetapi kurang informasi

Untuk kalangan lesbian, gay, biseksual, dan transjender (LGBT), sikap mengekspresikan diri yang tak dibarengi dengan memperkaya wawasan kesehatan menjadi isu utama.

Antonio, seorang gay dan HIV positif dari Jakarta, menceritakan betapa dirinya miskin informasi tentang seks yang aman saat gejolak untuk mengekspresikan diri meluap.

"Dulu terbit buku Jakarta Undercover dari Moammar Emka. Dari sana, saya tahu beberapa tempat kumpul untuk gay. Saya jadi ingin tahu, seperti apa sih Sarinah, seperti apa Senen," kata Antonio.

Kumpul-kumpul dengan sesama LGBT membuka peluang Antonio mengakses seks. Ia mengaku aktif secara seksual begitu lulus kuliah dan tinggal sendiri.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com