Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mahasiswa Indonesia Terlibat Penemuan Tikus Hidung Babi

Kompas.com - 26/10/2015, 18:07 WIB

Selain itu, sejak awal kuliah, saya aktif di Mapala bernama KCA-LH Rafflesia FMIPA Unand, ini adalah mapala di lingkungan Fakultas MIPA, Universitas Andalas. Mapala ini bukan mapala universitas, anggotanya hanya terbatas mahasiswa FMIPA. Fokusnya ialah pelestarian keanekaragaman hayati dan dikaji dengan asas-asas ilmiah (semi penelitian), sesuai dengan bidang anggotanya. Sejak saat ini, saya sangat mencintai kegiatan alam bebas, terkhusus kegiatan yang melibatkan penelitian biologi.

Mengenai penemuan tikus itu, ceritakan sedikit mengenai perbedaan antara genus dan spesies?

Di dalam klasifikasi hewan dan tumbuhan (Taksonomi), genus berada pada tingkatan di atas spesies. Dalam tata nama, kata pertama adalah genus dan kedua penunjuk spesies. Misalnya Hyorhinomys stuempeki, kata pertama (Hyorhinomys) adalah genusnya dan kedua adalah penunjuk spesies (stuempkei). Kata pertama ditambah penunjuk spesies membentuk nama spesies sehingga dikenal nama ilmiah spesies tersebut Hyorhinomys stuempkei.

Penemuan spesies yang sekaligus genus baru berarti spesies tersebut berbeda sangat jauh dari spesies-spesies yang sudah ditemukan sebelumnya. Peneliti tidak hanya mendeskripsikan spesiesnya, tetapi juga genusnya. Pemberian nama diberikan untuk kedua kata pada nama spesies tersebut, sedangkan penemuan spesies saja, peneliti yang menemukan hanya memberikan nama pada kata kedua saja, kata pertama mengacu pada kelompok genus mirip dengannya, dan sudah ditemukan sebelumnya.

Lalu, kira-kira pentingnya penemuan genus baru ini bagi ilmu pengetahuan?

Penemuan genus baru tersebut menambah bukti bahwa Sulawesi merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati di dunia. Hingga saat ini, tercatat 48 jenis tikus di Sulawesi dan semua jenis tersebut endemik. Bandingkan dengan Sumatera 21 jenis, Jawa sekitar 12 jenis atau Kalimantan 19 jenis, hanya sebagian kecilnya yang endemik. Anehnya, menurut data Kemenhut, taman nasional terbanyak justru di Jawa (12 Taman Nasional), sedangkan di Sulawesi hanya delapan taman nasional.

Dalam pengalaman selama di Sulawesi, bagaimana Anda melihat kegiatan pencarian spesies baru yang dilakukan tim asing?

Sepanjang dilakukan dengan cara yang benar, saya sendiri sangat setuju dengan kegiatan kerja sama internasional tersebut karena dapat menjadi wadah untuk  bertukar ilmu pengetahuan. Mereka tidak bertujuan langsung mencari spesies baru. Tetapi, sebagian besar bertujuan untuk mengkaji hubungan antarspesies dan bagaimana persebaran spesies tersebut di Sulawesi.

Salah satu keunikan Sulawesi adalah spesiesnya hampir seluruhnya endemik (hanya terdapat di tempat tersebut) dan nenek moyangnya diperkirakan campuran Asia dan Australia. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab tentang bagaimana proses ini bisa terjadi. Keberadaan kolaborasi bisa membantu mencari jawaban ini.

Apakah hanya mereka yang melakukannya, ataukah selalu ada kerja sama dengan peneliti lokal, misalnya dari LIPI?

Sepanjang pengetahuan saya, selalu ada kerja sama dengan peneliti lokal baik dengan universitas maupun dengan LIPI. Tidak hanya di Sulawesi, tetapi juga di seluruh Indonesia. Untuk penelitian yang melibatkan pengoleksian spesimen sering memang dengan LIPI karena posisi LIPI sebagai otoritas sains dan memiliki fasilitas menyimpan spesimen yang lengkap. Kebijakan kita, setiap penemuan spesies baru (termasuk genus) spesimen yang menjadi rujukan dalam memberikan namanya harus disimpan di Indonesia. Sampai saat ini, setahu saya LIPI yang paling bagus fasilitas penyimpanannya, terutama untuk penyimpanan hewan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com