Berikut keterangan Heru Handika dalam percakapan dengan wartawan ABC, L Sastra Wijaya, mengenai kegiatannya di Australia dan keterlibatannya dengan tim internasional, termasuk dari Australia, dalam penemuan tikus hidung babi.
Heru:
Saya menyelesaikan pendidikan S-1 di jurusan Biologi di Fakultas MIPA di Universitas Andalas, Padang, dan kemudian mendapatkan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk kuliah Master of Science (Zoology) di University of Melbourne, Australia. Penelitian saya dilaksanakan di Museum Victoria di bawah bimbingan Dr Kevin Rowe (senior kurator Museum Victoria). Saya akan di Australia sampai dua tahun ke depan.
Saya sudah mengenal Dr Kevin sejak tahun 2012, ketika saya masih di ujung kuliah S-1. Kami pertama kali bertemu di Sulawesi, yang merupakan awal saya meneliti di Sulawesi, kemudian saya mendapat tawaran untuk kuliah di Melbourne. Bidang yang saya tekuni saat ini mengenai evolusi dan persebaran spesies tikus di Sulawesi. Namun, saya sebelumnya juga banyak melakukan penelitian di Sumatera, Jawa, sedikit bagian Kalimantan, dan juga di Filipina.
Bagaimana cerita keterlibatan Anda dengan penemuan genus baru tikus di Sulawesi tersebut?
Ini adalah penelitian kedua saya bersama dengan Dr Jacob Esselstyn (Lousiana State University (AS), Kevin (Museum Victoria), dan Anang S Achmadi (LIPI Indonesia). Saya, Jake (panggilan Dr Jacob), dan Kevin merupakan orang yang pergi untuk survei lokasi tempat penemuan tikus hidung babi tersebut. Waktu itu masyarakat lokal berusaha meyakinkan kami di lokasi tersebut tidak ada air. Akhirnya, kami memutuskan untuk menyurvei dulu ke atas. Kami menuju lokasi dengan perlengkapan seadanya, hanya untuk memastikan lokasi tersebut terdapat berbagai kamp sehingga tim lainnya bisa menyusul dan membawa semua peralatan yang dibutuhkan.
Selain itu, saya juga terlibat dalam penulisan publikasi jurnal ilmiahnya. Ini merupakan bukti valid bahwa jenis tersebut memang genus (sekaligus spesies) baru, sedangkan tikusnya memang didapatkan oleh Jake dan Kevin. Sedikit mengklarifikasi, kami memang membagi tugas. Jake dan Kevin biasanya bertugas dalam pemasangan perangkap tikus, sedangkan saya dan Pak Anang bertugas dalam pemasangan perangkap cecurut. Jadi, memang Jake dan Kevin berpeluang lebih besar untuk mendapatkan tikus. Namun, secara umum peran kami sama di dalam tim.
Berapa lama Anda di sana dan siapa saja yang terlibat dalam pencarian tersebut?
Total sekitar tiga minggu kami berada di hutan yang jauh dari kampung. Jika dihitung dengan urusan administrasi, maka lebih dari satu bulan. Selain Dr Jacob, Dr Kevin, dan Pak Anang, sebenarnya penelitian ini juga diikuti oleh peneliti burung dari Museum Victoria, dan LIPI, juga ada peneliti mamalia dari University of California, Barkeley. Namun, peneliti mamalia ini tidak terlibat langsung dalam penemuan tikus hidung babi itu. Selain itu, kami juga dibantu oleh masyarakat lokal dan seorang pencinta alam dari Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.