Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Makanan di Pesawat Terasa Hambar?

Kompas.com - 27/05/2015, 12:10 WIB

Kendati demikian, suara bising pesawat sekitar 85 db tidak mempengaruhi rasa sama rata, kata Spence. Sebagai contoh, bumbu seperti kapulaga, serai dan kari lebih terasa di pesawat dibandingkan garam dan gula.

Resep produksi massal

Tidak hanya kondisi di dalam kabin yang patut diperhitungkan. Untuk menyiapkan dan menyajikan makanan lezat bagi beberapa ratus orang di atas awan bukan tugas yang mudah.
Untuk standar keselamatan makanan, semua makanan harus dimasak di darat. Di darat pula, makanan dikemas, didinginkan secara cepat, disimpan di kulkas, dan akhirnya dipanaskan lagi di udara.

Semua ini akan mengubah rasa bahkan kalaupun dihidangkan di darat. Untuk memanaskan makanan di dalam pesawat, demi alasan keamanan semua maskapai penerbangan menggunakan oven konfeksi yang mengeluarkan udara panas dan kering ke arah makanan.
Microwave dan kompor terbuka tidak diperbolehkan meskipun oven induksi pertama sekarang sudah dipasarkan.

"Koki maskapai penerbangan tergolong unik karena mereka membuat resep untuk ribuan konsumen," kata Brown.

"Seringkali produk akhir tidak seperti yang dibayangkan pada tahap awal karena ada hal-hal di luar kendali mereka. Kami merancang makanan dengan bahan-bahan dan kemasan yang kami ketahui dapat bertahan selama proses panjang antara persiapan makanan dan pengiriman," ujarnya.

Baru-baru ini cara memasak modern seperti sous vide -makanan dimasak di dalam kantong plastik tertutup dalam waktu lama dengan suhu relatif rendah - menurut Pam Suder-Smith, presiden Asosiasi Jasa Penerbagan Internasional juga membuat makanan di dalam pesawat berasa lebih enak.

Jadi untuk memperbaiki kualitas makanan di pesawat, maskapai penerbangan mulai melakukan eksperimen mencicipi makanan di lingkungan bertekanan udara atau di dalam pesawat terbang untuk mengetahui apa yang akan dialami para penumpang.

Simulasi kabin

"Kita tidak bisa menggunakan resep sama untuk makanan di pesawat dengan makanan di darat," kata David Margulies dari Sky Chefs, perusahaan jasa boga untuk maskapai penerbangan.

"Namun tidak berarti makanan yang disajikan di pesawat tidak lezat. Juru masak eksekutif kami menguasai seni dan sains untuk menyesuaikan resep dengan rasa makanan di ketinggian," tambah dia.

Sejauh ini, hal ini terbukti benar terutama untuk makanan kelas bisnis dan kelas utama. "Makanan untuk kelas ekonomi mungkin tidak begitu detail," tutupnya.

Untuk kelas utama dan kelas bisnis, Sky Chefs mempekerjakan tim juru masak eksekutif yang bekerja bersama pelanggan dari kalangan maskapai penerbangan, dan menggunakan dapur modern, mirip dengan dapur restoran.

Sebagian besar makanan kemudian ditempatkan di kereta khusus dan disimpan dalam keadaan dingin sampai makanan tersebut dihangatkan kembali dalam penerbangan.

"Makanan disiapkan dengan cara sedemikian rupa dengan mempertimbangkan proses pemanasan kembali sehingga makanan tidak terlalu lama dimasak," kata Margulies.

Maskapai penerbangan terus mencari cara terbaik untuk riset penyiapan makanan di ketinggian. Singapore Airlines, sebagai contoh, bekerja erat bersama perusahaan jasa boganya, SATS, yang mempunyai simulasi kabin pesawat di pusat katering untuk pesawat di Bandara Changi Singapura. Di sana, makanan diolah dan dicicipi di bawah kondisi tekanan rendah.

"Langkah ini mampu menampilkan kondisi menyerupai kondisi penerbangan pada ketinggian 35.000 kaki dan maskapai penerbangan kami telah mengembangkan menu hasil riset di fasilitas ini,” kata seorang juru bicara Singapore Airlines.

Semprotan hidung

Sebagian indera kita, bagaimanapun, tidak dipengaruhi oleh ketinggian, khususnya apa yang disebut sebagai rasa kelima, umami.

Ini adalah rasa gurih menyenangkan yang dihasilkan oleh makanan-makanan tertentu seperti sardin, rumput laut, tomat, dan kecap.

"Rasa umami mungkin diperkuat oleh latar belakang suara keras,” kata Spence.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com