Brown mengungkapkan, meski menggunakan embrio yang non-viabel, penggunaan embrio manusia tetap bermasalah. Modifikasi embrio sendiri juga bermasalah secara etika.
Masalah etika kedua muncul seiring banyaknya mutasi yang tak diinginkan dalam penelitian. Dengan tingkat mutasi besar, bila langkah ini nanti dilakukan terhadap embrio manusia yang berfungsi, kondisi bayi yang dihasilkan tak bisa diketahui dengan pasti.
Modifikasi embrio, yang sebenarnya mengandung maksud baik, justru bisa menghasilkan kecacatan-kecacatan yang tak diinginkan.
Huang mengungkapkan bahwa dia telah menulis makalah risetnya dalam jurnal Nature dan Science. Namun, kedua jurnal itu menolak memublikasikan dua makalah itu karena riset masih punya efisiensi rendah dan tingkat mutasi tinggi.
Huang menerima kritik tersebut. Namun, dia juga merasa perlu memublikasikan risetnya. Pendekatan dengan embrio non-viabel efektif karena mendekati embrio manusia sebenarnya.
Edward Lanphier, Presiden Sangamo Biosciences di California, mengatakan, banyaknya masalah dalam riset Huang bisa menjadi sebuah peringatan.
"Ini menggarisbawahi yang kita katakan sebelumnya. Kita perlu menghentikan sementara riset ini, dan memastikan ada banyak diskusi tentang ke mana arah kita selanjutnya."
Sementara itu, Huang masih akan terus dengan risetnya. Dia akan menggunakan sel manusia dewasa atau hewan untuk mencoba mengedit gen talasemia dengan tingkat mutasi lebih rendah.