Gambar Cadas Tertua di Sulawesi, Bineka di Dinding Goa

Kompas.com - 18/10/2014, 08:30 WIB

KOMPAS.com
 — Ketika gambar tangan di Leang Timpuseng, Maros, Sulawesi, dinyatakan berusia minimal 39.900 tahun, seluruh dunia terkejut. Dengan usia itu, stensil tangan di Sulawesi menjadi yang tertua di dunia.

Temuan itu membantah anggapan bahwa gambar cadas hanya berkembang di benua Eropa. Dengan temuan ini, ilmuwan beranggapan bahwa kemampuan kreatif manusia mungkin telah muncul sejak sebelum migrasi keluar Afrika.

Kompas.com berbincang dengan Pindi Setiawan, seorang pakar gambar cadas dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Pindi tak terlibat riset gambar cadas di Leang Timpuseng, tetapi ia berpengalaman mempelajari gambar cadas di kawasan Berau hingga Sangkulirang, Kalimantan Timur, selama 12 tahun.

Pindi mengungkap bahwa Indonesia kaya akan gambar cadas. Keragaman gambar cadas di Indonesia mampu merepresentasikan perkembangan gambar itu pada berbagai masyarakat. Berikut perbincangan Kompas.com dengan Pindi pada Selasa (14/10/2014) lalu.

AFP PHOTO / NATURE / KINEZ RIZA Foto yang dirilis jurnal Nature, 8 Oktober 2014, menunjukkan gambar tangan ditemukan di dinding gua di Karst Maros karst, Sulawesi Selatan. Lukisan berusia 40.000 tahun, menunjukkan bahwa Eropa tidak lagi dinobatkan sebagai tempat kelahiran seni lama ini.

Apakah gambar tangan di Leang Timpuseng termasuk seni sehingga disebut seni cadas?

 
Saya tidak suka menyebutnya seni cadas. Orang menyebutnya demikian karena istilahnya dalam bahasa Inggris rock art. Seni cadas itu tidak ada hubungannya dengan seni modern yang kita kenal.
 
Kalau mau disebut lukisan goa juga tidak pas karena kadang tidak selalu ditemukan di goa. Bisa juga ditemukan di tebing.
 
Kalau dalam bahasa Perancis itu ada yang disebut les parietal, itu dinding alami. Kalau
dinding buatan, itu les mur. Tapi, kan kita tidak bisa sebut gambar dinding alami. Nanti
orang berpikir, apa itu?

Jadi?

Saya lebih suka menyebutnya gambar cadas. Saya sebut gambar karena ini ya visual saja. Bukan berarti tidak punya makna. Punya makna, tetapi tidak punya ekspresi kesenian seperti yang kita kenal sekarang.
 
Menurut saya, gambar cadas dibuat untuk mengekspresikan perasaan-perasaan yang khas. Mereka ingin menceritakan adegan yang penting. Misalnya, satu tingkatan tertentu dari remaja ke dewasa, lalu dengan cap tangan.
 
Nah, biasanya, yang digambarkan itu tidak bersifat duniawi. Contohnya, gambar cadas binatang. Ada anggapan bahwa binatang yang ada di gambar cadas merupakan binatang buruan. Kenyataannya, binatang yang biasa digambar justru yang dihormati. Kalau yang duniawi itu sangat kecil. Kurang dari 5 persen.
 

KOMPAS/A BUDI KURNIAWAN Lukisan di dinding Goa Harimaudi Desa Padang Bindu, Semidang Aji, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan berhasil mengangkat puluhan kerangka individu homo sapiens

Ada istilah gambar cadas sederhana dan kompleks. Seperti apa itu?

 
Itu terkait dengan model mata pencaharian. Kalau model pencaharian awal, pemburu tanpa alat, pemburu mammoth, yang mungkin berburu dengan hanya lempar batu, itu gambarnya
sederhana. Gambarnya memang binatang binatang besar. Tapi, cuma apa yang mereka
lihat saja. Jarang simbol-simbol.
 
Lalu, setelahnya berkembang pemburu dengan alat. Mereka juga masih menggambar mamalia. Yang menarik, mereka juga bercerita. Upacara misalnya, lalu adegan perburuan. Selain itu, mereka juga menggambarkan alat. Jadi, lebih banyak item-nya.
 
Kemudian, setelah pemburu, ada masyarakat pastoral. Masyarakat peternakan atau yang kompleks. Itu biasanya gambarnya lebih rumit lagi, misalnya gambar raja. Lalu, juga menggambar model alat transportasi. Jadi, makin lama makin kompleks gambarnya.
 
Sekitar 10.000-5.000 tahun lalu, manusia lalu mempunyai media lain untuk komunikasi visual. Mereka sudah bisa membuat bahan bangunan. Dulunya di goa. Setelah mereka bisa buat dinding buatan, lalu mereka berpindah ke dinding buatan.
 
Carlson Peter Gambar cadas di Goa Tewet, Kalimantan. Figur kadal di tengah merupakan shaman. Gambar merepresentasikan perjalanan shaman ke dunia spiritual.

Bagaimana persebaran gambar-gambar cadas itu di Indonesia?

 
Gambar-gambar mamalia besar sampai saat ini baru ditemukan di Kalimantan dan Sulawesi. Di Kalimantan, ada dari Berau sampai Sangulirang, daerah hidung Kalimantan.
 
Di Sumatera ada gambar cadas, tetapi simbol. Kalau ke arah Papua, itu menunjukkan
masyarakat laut, tetapi masih pemburu laut, bukan nelayan, hanya menombak ikan. Itu yang banyak diceritakan, Lamalera.
 
Kalau pemburu laut gambarnya ya terkait kehidupan laut. Ada juga benda langit, seperti
yang menyerupai matahari dan meteor. Kalau di laut kan kelihatan jelas itu. Kalau di hutan tidak.
 
Jean-Michel Chazine Gambar cadas yang ditemukan di Misool, Raja Ampat, Papua Barat. Gambar cadas ini pertama kali ditemukan oleh para penyelam yang kemudian memberi informasi pada peneliti Perancis bernama Jean-Michel Chazine. Gambar cadas merupakan figur hewan laut, mulai hiu, tuna, hingga lumba-lumba.

Bagaimana dengan usia gambarnya?

Kalau di sana (timur Indonesia) hemat saya enggak sampai 2000 tahun. Tapi, itu belum tentu juga karena gambarnya tumpang tindih. Nah kalau kita bisa dating yang tumpang tindih, itu
akan menarik.
 
Kalau yang di Kalimantan, harusnya lebih tua dari 8.000 tahun karena 8.000 tahun itu waktu tumbuhnya hutan tropis. Sebelumnya savana. Kalau memburu dengan panah di hutan tropis enggak mungkin. Ngapain mereka menggambar panah kalau mereka enggak pakai panah.
 
Kalau di Sumatera kayaknya sekitar 2.000 tahun. Lebih muda. Mungkin karena jalur migrasi manusianya beda. Ini memang belum dating. Tapi, kalau lihat gambar-gambarnya memang mirip di Thailand. Thailand itu di Phuket. Di sana sekitar 5.000-10.000 tahun.
 
Yang di Kalimantan kita lihat saja nanti dating-nya. Saya harap lebih dari 8.000 tahun sehingga hipotesis saya bahwa gambar terkait mata pencaharian dan moda ekonomi itu memang benar.
 
Kalau yang di Maros kemarin saya dari awal bilang lebih dari 8.000 tahun. Tapi, dulu enggak banyak pendukungnya. Di dokumen dulu 3.000 tahun. Tapi, ya dulu kalau mau membantah belum ada bukti pendukungnya.
 
Akhirnya, terbukti lewat penelitian Max (Max Aubert, salah satu peneliti yang terlibat dalam riset gambar cadas tertua berusia 39.900 tahun di Maros). Bukan 8.000 tahun lagi malah, tapi 40.000 tahun.
 
Ini saja sudah menbuktikan bahwa gambar itu sama dengan mata pencaharian dan moda ekonominya. Ekspresi komunikasi cenderung seperti itu, mencerminkan apa yang dilakukan pada masanya.
 

Nature Lukisan figur hewan di salah satu goa di Sulawesi. Jenis hewan tidak teridentifikasi. Umur yang tertera ditetapkan berdasarkan deposit kalsit yang diambil dari titik yang dilingkari.

Di dunia, untuk gambar dengan kompleksitas yang sama, apakah berarti selalu semasa?

 
Relatif semasa. Tetapi begini. Misalnya sekarang kita di Jakarta sudah pakai handphone, tapi mungkin di Papua belum. Jadi, bisa seperti itu kalau dalam konteks gambarnya sama, tetapi semasa.
 
Atau misalnya, zaman sejarah di Indonesia barat tahun 400. Tapi, di Indonesia timur mungkin tahun 1.000. Artinya seperti itu kalau semasa.
 
Tetapi, tidak terlalu tepat mengatakan semasa. Saya lebih suka menggolongkan berdasarkan mata pencaharian dan lingkungan.
 
Kenapa saya tidak memakai paleolitik, neolitik? Karena menggambar tidak terkait dengan teknologi batu. Alatnya mungkin beda. Mungkin kayu yang dihaluskan. Bisa juga.
 
Apa tujuan manusia membuat gambar cadas? Apakah manusia dulu juga mendekorasi lingkungannya?
 
Gambar cadas beda dengan vandalisme. Kalau gambar cadas, dia tidak random. Tidak sembarang. Berbeda dengan vandalisme yang asal saja.
 
Lalu, dekorasi kalau dulu itu muncul sebenarnya tidak dalam konteks menggambar di dinding.
Ketika era gambar cadas, perasaan menghias itu ada pada manusia sendiri. Jadi, mereka
memakai kalung, gelang. Belum mendekorasi.
 
Sebabnya, dulu dinding goa dianggap sebagai bagian dari alam yang dihormati. Harus bersih. Ada hal-hal seperti itu pada masa prasejarah. Bukan berarti mereka enggak punya estetika.
 
Kalau bukan untuk hiasan, apa tujuannya?

Kalau tujuan sebenarnya banyak. Kelompok pemburu banyak menggambar mamalia, tetapi yang tidak mereka makan. Itu lebih untuk memuja binatang itu.
 
Misalnya, kalau di indonesia itu ada gambar tokek. Itu yang paling banyak. Lalu, kura-kura, rusa jantan, anoa yang di Maros, babi rusa.
 
Mereka hampir enggak pernah gambar babi yang kecil. Satu dua saja gambar itu. Mereka kan makannya babi kecil.
 
Rusa mereka juga enggak makan rusa jantan yang besar. Dalam konteks perburuan, gambarnya ya rusa betina tanpa tanduk.
 
Kalau gambar rusa jantan itu enggak dalam konteks perburuan. Itu selalu ditemukan pada  posisi-posisi yang di atas, seolah-olah penting.
 
Kalau tokek itu sebenarnya bukan dipuja juga, tetapi dihormati. Terkait arkeoetnografi, bukan berarti disembah.
 
Yang menarik sebenarnya, pada gambar-gambar binatang yang tampaknya dihormati, letaknya selalu di atas garis mata.
 
Pindi juga berbincang tentang potensi wisata goa dengan gambar cadas serta pengelolaannya. Selain itu, juga tentang bagaimana gambar cadas menginspirasi seni masa kini.
 
Sebelumnya, Pindi mengkritisi anggapan yang berkembang bahwa gambar cadas merupakan bukti bahwa Indonesia pernah jadi pusat peradaban dunia.

Simak segmen wawancara lainnya.

Mimpi Atlantis di Indonesia

Boleh "Dijual", asal...

Inspirasi Desain dari Nenek Moyang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terpopuler

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau