Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Slamet" Gunung dan Warganya

Kompas.com - 15/09/2014, 18:49 WIB

Sifat magma Slamet yang basaltik ini juga terlihat dari tipe letusannya yang strombolian (efusif) dan vulcanian (eksplosif lemah). Letusan strombolian ini dicirikan letusan abu, dengan atau tanpa leleran atau kubah lava. Sementara istilah letusan tipe vulcanian (vulkano) dikenalkan Giuseppe Mercalli, saksi mata erupsi Gunung Vulcano, Italia, 1888-1890. Erupsi ini dicirikan tiang asap letusan yang pekat, berisi campuran material vulkanik berukuran abu dan gas, disertai lontaran material berukuran abu hingga bongkah dan suara dentuman.

Material lontaran itu umumnya berasal dari sumbat lava dan material dari sekitar kawah dan kepundan gunung api ini. Tipe letusan ini dicirikan suara dentuman, sebagai hasil pelepasan gas. Letusan tipe vulkano relatif berbahaya dalam radius hingga 3 km dari pusat erupsi karena biasanya melontarkan material pijar berukuran hingga bongkah (volcanic bomb).

Dengan karakter ini, Gunung Slamet dikategorikan gunung api dengan letusan relatif kurang berbahaya bagi kawasan pertanian dan permukiman yang ada di lerengnya. Apalagi, jarak hunian warga dengan puncak gunung relatif jauh.

Rekomendasi terbaru PVMBG, 12 September 2014, mengimbau masyarakat tak berada pada radius 4 km dari puncak Slamet. Warga juga tak boleh beraktivitas di daerah aliran sungai yang berhulu di Slamet.

Apakah letusan Slamet akan terus seperti ini? Jika dibandingkan letusan sebelumnya, periode letusan Slamet kali ini memang relatif lebih panjang. Surono mengakui, karakter gunung api bisa saja berubah, termasuk Gunung Slamet.

Waspada dan menyiapkan kemungkinan terburuk memang perlu. Namun, dengan mengetahui karakter dan sejarah Gunung Slamet, kesiapsiagaan itu bisa dibangun tanpa harus memicu kepanikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com