Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Venus Berbentuk Sabit Diabadikan dari Yogyakarta

Kompas.com - 10/01/2014, 19:25 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com - Bulan sabit adalah pemandangan biasa. Tetapi, bagaimana dengan Venus sabit di siang hari?

Pemandangan yang sangat sulit dilihat itu diabadikan oleh astronom amatir dari Jogja Astro Club, Mutoha Arkanuddin.

Mutoha mengabadikannya pada Kamis (9/1/2014) pada pukul 15.30 WIB dengan bantuan teleskop Meade LX50 dan kamera saku Kodak EC 1530.

Dalam foto-foto Mutoha yang diunggah ke akun Facebook miliknya, Venus tampak begitu tipis, lebih tipis dari bulan sabit. Di foto lain, Venus yang tipis itu berdampingan dengan awan.

Lebih menarik, pemotretan dilakukan saat Venus dan Matahari berjarak sangat dekat, hanya 5,8 derajat. Sementara kondisi langit juga tengah berawan.

Bagaimana Venus yang begitu tipis bisa diabadikan dan menjadi citra yang cantik?

Mutoha dalam percakapan dengan Kompas.com, Kamis malam, mengungkapkan, "Teknik yang saya gunakan terbilang 'nekat'."

"Ini karena memotret obyek yang berada di dekat Matahari memakai teleskop cukup berisiko, apalagi pointing-nya manual, sangat tidak disarankan," imbuhnya.

Mutoha menjelaskan, Venus memang mungkin diamati pada siang atau sore hari karena magnitudo-nya cukup baik, cukup cerlang.

Perlengkapannya sederhana. Yang dibutuhkan, kata Mutoha, adalah teleskop (terutama go to), perangkat lunak astronomi seperti Stellarium, dan kamera.

Namun demikian, teknik pengamatan Venus pada siang hari berbeda dan membutuhkan kehati-hatian agar tak justru merusak mata.

"Pengamatan malam bendanya terlihat oleh mata baru dibidik dengan teleskop, tapi pengamatan siang, Venus tidak terlihat sebelum dibidik pake teleskop," urainya.

"Nah sulitnya di sini, karena harus bisa melakukan pointing ke posisi planet secara tepat," tambahnya.

Dengan teleskop go to, langkah pemotretan lebih mudah karena teleskop bisa otomatis terarah pada benda langit yang ingin diamati atau diabadikan.

"Tapi dengan pointing manual, langkah ini cukup berbahaya karena saat pointing, teleskop secara manual kita gerakan untuk mencari target, apalagi target sangat dekat Matahari," kata Mutoha.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com