Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Memanas, Amerika Mendingin, Indonesia?

Kompas.com - 07/01/2014, 15:35 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

"Kalau saya menilainya lebih pada variasi," ungkap Zadrach saat dihubungi Kompas.com, Selasa (7/1/2014).

"Untuk mengatakan ada perubahan iklim, kita harus lihat data jangka panjang, paling tidak 100 tahun ke belakang. Saat ini kita tidak punya datanya," imbuhnya.

Meski tak sependapat tentang pengaruh dampak perubahan iklim, Zadrach dan Army sepakat bahwa faktor pemicu dua fenomena di wilayah subtropis itu juga bisa memengaruhi Indonesia.

"Fenomena di Amerika Serikat terjadi karena adanya El Nino di pasifik. Udara hangat bergerak ke utara, menjadi pemandu bagi udara dingin untuk bergerak ke selatan," kata Zadrach.

"Di Indonesia, El Nino berpengaruh pada kurangnya curah hujan. Curah hujan pada Januari tahun ini akan lebih rendah dari Januari tahun lalu," tambahnya.

ITB, kata Army, membuat pemodelan cuaca untuk mengantisipasi bencana banjir, kekeringan, dan gagal panen.

"Puncak musim hujan mundur. Biasanya Januari sudah puncak musim hujan. Tapi tahun ini, untuk Jakarta, musim hujan mundur 2 minggu dan Jawa Barat mundur 3 minggu," urainya.

Menurutnya, wilayah seperti Jakarta dan Jawa Barat baru memasuki puncak musim hujan pada awal dan tengah Februari 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com