"Kalau ISON bertahan, maka akan tampak sebagai bintang berekor di ufuk timur menjelang Matahari terbit. Kepala komet akan tampak seperti bintang terang yang diikuti oleh ekor yang menjauhi Matahari," ungkap Thomas Djamaluddin, peneliti astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
Pengamat komet ISON dari Observatorium Bosscha, Muhammad Yusuf, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (27/11/2013), mengatakan, "ISON mungkin akan tampak dengan magnitudo -6."
Dengan magnitudo tersebut, ISON kemungkinan akan tampak lebih terang dari Planet Venus. Sebelumnya, menurut astronom amatir Ma'rufin Sudibyo, Planet Venus biasa tampak dengan magnitudo -4.
Thomas mengatakan, "Kalau terang, ISON akan tampak dengan mata telanjang bila cuaca cerah."
Namun, menurut Yusuf, pengamatan dengan mata telanjang akan sulit dilakukan. "Lebih baik menggunakan alat bantu jika akan mengamati."
Yusuf mengatakan, bila ISON bertahan sekalipun, waktu pengamatannya akan sangat singkat, hanya pada saat fajar. Setelahnya, komet tidak bisa teramati karena kilau cahaya Matahari.
Namun, Ma'rufin menuturkan, "Kalau ISON bertahan, maka sepanjang hari Jumat itu (dari saat Matahari terbit hingga terbenam) komet ini bakal terlihat tanpa dibantu alat apa pun, dengan dua catatan, cuaca cerah dan arah pandang ke cakram Matahari diblokir total."
Pengamatan langsung ke arah Matahari harus dilakukan dengan hati-hati. Bila tidak, bisa mengakibatkan kerusakan mata.
Penampakan ISON pada fajar hari Jumat ini masih merupakan potensi, sangat tergantung pada nasib komet ISON dan cuaca. Bila ISON berakhir tragis, meledak ketika sampai di jarak hanya 1,2 km dari Matahari, maka pertunjukan pada fajar hari Jumat gagal. Demikian pula bila cuaca ternyata berawan atau bahkan hujan.
Sejauh ini, astronom masih sulit memprediksi nasib ISON. Komet biasanya akan meledak ketika dekat dengan Matahari bila diameternya kurang dari 2 km. Diameter komet ISON saat ini 2 km.
Sementara untuk faktor cuaca, berdasarkan prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca cenderung berawan hingga hujan ringan.
Thomas menuturkan, bagi astronom profesional, komet ISON sangat penting. "Karena komet adalah sisa pembentukan tata surya, maka unsur-unsur yang terkandung di dalamnya akan menguak lebih jelas komposisi bahan pembentuk tata surya. Komet ISON yang diprakirakan baru keluar dari 'sarang komet' diharapkan akan mengungkap unsur-unsur baru yang belum pernah teridentifikasi dari komet-komet lainnya."
Komet ISON ditemukan pada Vitali Nevski dan Artyom Novichonok dari Rusia pada 21 September 2012. Komet ini berasal dari wilayah yang disebut Awan Oort, sebuah "sarang komet" di mana ribuan komet terdapat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.