Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nuklir dalam Pemeriksaan Kesehatan Kita

Kompas.com - 26/11/2013, 11:37 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

Bila melakukan PET-Scan, pasien akan disuntik dengan senyawa radioaktif tertentu sesuai organ target. Biasanya, akan ada waktu tunggu untuk membiarkan senyawa radioaktif menuju organ target.

Selanjutnya, pasien akan diminta untuk tidur di atas meja datar dan scanner yang berbentuk seperti tabung. Scanner akan mulai memindai dan hasilnya akan diubah menjadi citra oleh komputer. Lama pemeriksaan bervariasi. Untuk kanker payudara, biasa memakan waktu 90 menit.

Di luar pemeriksaan, nuklir juga bermanfaat untuk pengobatan. Eko mencontohkan pengobatan gondok dengan Iodine lewat ablasi. Lewat cara ini, pengobatan penyakit gondok tak perlu operasi dan lebih murah.

Perlu Pengetahuan dan Tetap Kritis

Seperti mengkonsumsi produk lainnya, mengkonsumsi jasa layanan kedokteran nuklir pun harus tetap perlu pengetahuan akan produk dan kekritisan. Tentu saja, tanpa perlu disertai kepanikan yang berlebihan.

Gogot mengungkapkan, pasien harus mengetahui fungsi dan kapan membutuhkan layanan pemeriksaan berbasis kedokteran nuklir. Untuk itu, pasien juga harus perhatian pada kondisi kesehatannya sendiri.

"Kalau merasakan mual, kulit kering, lemas, segera pergi ke dpkter. Dalam kasus tertentu, itu bisa jadi petunjuk mengalami masalah pada ginjal," kata Gogot. Ia menegaskan, jangan langsung tiba-tiba meminta pemeriksaan renogram.

Bila tahu ada permasalahan, konsultasikan jenis pemeriksaan yang dibutuhkan. "Kalau mau periksa anatomi ginjal, maka CT Scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging). Kalau mau tahu fungsi, MRI tidak bisa, harus dengan renogram," terang Gogot.

Soal risiko juga perlu diketahui. Misalnya, bila seorang wanita tengah hamil, maka pemeriksaan PET-Scan dan Renogram sebaiknya tidak dilakukan atau paling tidak pasien harus terbuka kepada dokter agar pohak rumah sakit bisa mempertimbangkan.

"Semua tindakan ada risikonya. Kita harus pertimbangkan lebih besar manfaat atau mudaratnya. Kalau kondisi berbeda, pertimbangannya bisa berbeda pula," terang Gogot yang dalam pemeriksaan renogram menggunakan peralatan yang dibuat oleh BATAN.

"Dalam kondisi biasa, renogram manfaatnya besar. Tapi kalau pada wanita hamil, pertimbangannya berbeda. Senyawa radioaktif bisa menembus plasenta dan ke janin. Perhitungan manfaat dan risiko berubah," imbuhnya lagi.

Bagaimana dengan senyawa radioaktif yang disuntikkan? Apakah dengan senyawa tracer akan dijamin bahwa semua senyawa akan menuju organ target? Adakah senyawa radioaktif yang "tercecer" atau masuk organ lain?

Gogot menjawab, "Memang selam ditransport, ada kemungkinan 'bocor' lalu masuk ke organ lain. Namun, pada dasarnya senyawa radioaktif akan meluruh dengan sendirinya dan dibuang lewat urin. Yang bocor juga sangat sedikit. Lebih dari 90 persen masuk ke organ target."

Selain pengetahuan akan tindakan, pasien juga mesti punya pengetahuan tentang sikap pasca tindakan. Karena senyawa radioaktif dibuang lewat urin, setelah pemeriksaan pasien harus buang air kecil di tempat yang tepat.

"Dari pihak rumah sakit, setelah renogram pasien akan diminta kencing. Kita tampung air seni di septic tank khusus untuk membiarkan meluruh," ungkap Gogot. Untuk Iodine-131, waktu paruhnya adalah 8 hari.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com