Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari "Ledakan" di Langit Rusia, Ancaman "Benda Langit" Lampaui Perkiraan Ilmuwan

Kompas.com - 07/11/2013, 06:34 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber AP

Pada pekan ini, NASA juga mendapatkan "alarm tanda bahaya", dengan kemunculan beberapa batuan luar angkasa selebar 20 dan 2 kilometer, yang tak terpantau dalam sistem mereka sampai awal bulan ini.

Tiga benda langit tersebut diperkirakan tak akan menabrak bumi. Namun, hasil pantauan terbaru tersebut memunculkan pertanyaan bagaimana bisa batuan-batuan itu lolos dari pantauan.

"Terakhir kali, batuan selebar 20 kilometer tersebut terpantau 30 tahun lalu, sementara batu berukuran 2 kilometer baru kali ini terpantau," kata ilmuwan NASA, Donald Yeomans. Padahal, NASA berpikir mereka sudah memantau 95 persen batuan yang "gentayangan" di angkasa luar.

Asteroid, meteor, dan meteorit

Asteroid adalah batuan ruang angkasa yang mengitari matahari sebagai remah bagian pembentukan planet dalam proses yang berlangsung miliaran tahun lalu. Ketika asteroid memasuki atmosfer bumi, mereka disebut sebagai meteor. Sementara batuan luar angkasa yang sampai membentur bumi, namanya berganti lagi menjadi meteorit.

Penelitian terakhir memperkirakan meteor yang meledak di langit Chelyabinsk kemungkinan berasal dari pecahan batuan angkasa yang lebih besar. Apa pun itu, peristiwa di Rusia ini telah mengubah cara pandang para astronom terhadap batuan angkasa.

Dari video, foto, pencitraan satelit, dan pecahan batu yang bisa ditemukan, para ilmuwan merekonstruksi gambar terbaik dari apa yang terjadi ketika pecahan asteroid itu melenceng dan mengarah ke atmosfer bumi. Hasilnya, sama sekali bukan gambar yang cantik.

"Saya pasti tidak akan pernah berharap melihat sesuatu dari skala ini atau sebesar ini," kata fisikawan University of Western Ontario, Peter Brown, penulis utama studi yang dipublikasikan di jurnal.

Para ilmuwan mengatakan, pecahan batu yang meledak di atas Chelyabinsk masuk ke atmosfer bumi dengan cara tak biasa di lapisan yang dangkal, membatasi kerusakan terburuk, tetapi memperluas daerah yang terkena efek ledakan. Para ilmuwan menghitung, kekuatan ledakan dini hari itu setara dengan 500 kiloton energi.

"Kita beruntung. Batu ini bisa dengan mudah berganti arah dan benar-benar berbahaya," kata astronom meteor NASA, Peter Jenniskens, salah satu penulis dalam suatu penelitian. "Ini jelas luar biasa. Menakjubkan."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com