Kilau dari Supernova dan Bintang Mati

Kompas.com - 02/08/2013, 11:58 WIB

Sebaliknya, zona permeabel memungkinkan air di permukaan Bumi merembes ke dalam Bumi. Air itu akan bereaksi dengan magma Bumi hingga magma mengalami pendinginan dan membeku membentuk padatan yang mengandung mineral tertentu, termasuk emas.

Emas memang ada di dalam perut Bumi. Namun, dari mana Bumi mendapatkan emas?

Mantan peneliti di Institut Astronomi Max-Planck (MPIA) Heidelberg, Jerman, Dading Nugroho, mengatakan, beberapa detik hingga tiga menit setelah Dentuman Besar (Big Bang), alam semesta membentuk hidrogen, helium, dan litium sebagai unsur-unsur ringan.

Hidrogen menjadi bahan bakar pembentukan bintang di awal semesta. Selanjutnya, reaksi fusi dalam bintang akan mengubah hidrogen menjadi berbagai unsur lain, seperti helium, karbon, neon, dan oksigen. Unsur paling berat yang dibentuk dalam bintang adalah besi.

Unsur yang lebih berat dari besi, termasuk emas, dapat dibentuk melalui proses penangkapan neutron. Penangkapan neutron itu membuat inti atom suatu unsur menjadi tidak stabil hingga terjadi peluruhan dan menghasilkan unsur yang lebih berat dari besi.

”Peristiwa astronomi yang menyediakan fluks (aliran) neutron antara lain jet astrofisika dari bintang atau obyek masif, ledakan supernova, dan tabrakan dua bintang neutron,” katanya.

Selama ini, astronom meyakini supernova yang membentuk emas di semesta. Namun, pengamatan Edo Berger, peneliti dari Pusat Astrofisika (CfA) Harvard-Smithsonian, Cambridge, Amerika Serikat, terhadap semburan sinar gamma GRB 130603B yang berjarak 3,9 miliar tahun cahaya dari Bumi dan diumumkan pada Rabu (17/7/2013) membuktikan, emas juga dibentuk dari tabrakan dua bintang neutron.

Tabrakan dua bintang neutron itu menghasilkan semburan sinar gamma yang menandakan obyek penghasilnya memiliki energi tinggi. Bintang neutron adalah bintang ultrapadat, sisa dari bintang raksasa yang mengakhiri hidupnya dengan ledakan. Jika satu sendok teh materi dari Bumi bermassa 5 gram, maka satu sendok teh materi bintang neutron memiliki massa 5 miliar ton.

Materi hasil tabrakan bintang neutron maupun supernova kemudian bertebaran di semesta. Jika ada satu pemicu, materi-materi itu bisa membentuk bintang baru beserta planet-planetnya. Proses ini yang membuat emas bisa sampai di Bumi.

”Dari kandungan emas yang ada di Tata Surya, astronom memperkirakan, Bumi setidaknya tercipta lebih dari satu kali supernova,” kata Dading.

Namun, jika hanya mengandalkan emas dari supernova atau tabrakan bintang neutron, jumlah emas di kerak Bumi tidak akan sebanyak sekarang. Penelitian batuan dari Greenland berumur 3,8 miliar tahun oleh Matthias Willbold dan Tim Elliott dari Universitas Bristol, Inggris, pada 2011 menyimpulkan, jumlah emas di Bumi diperkaya oleh bombardir meteor pada lebih dari 200 juta tahun sejak Bumi terbentuk.

Bombardir meteor itu membawa 20 miliar ton bahan asteroid yang kaya aneka logam, termasuk emas. Namun, karena saat itu inti Bumi sudah terbentuk, emas tambahan tidak sampai jatuh ke inti Bumi.

”Pembentukan emas di Bumi bukan berasal dari proses tunggal, melainkan proses yang kompleks dan panjang,” ujarnya. (SPACE/SCIENCEDAILY/WASHINGTONPOST/NATIONALGEOGRAPHIC)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Terpopuler

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau