Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hisab dan Rukyat Masa Kini

Kompas.com - 21/07/2013, 10:15 WIB

Keberadaan program-program ini, meski belum sepenuhnya sempurna, amat membantu dan menghemat waktu dalam memprediksi posisi Bulan selain juga menyediakan visualisasi yang sangat menarik. Inilah generasi sistem hisab modern.

Rukyat modern

Seirama dengan tumbuh-kembangnya sistem hisab modern, rukyat hilal pun mengalami perkembangan yang tak kalah mengesankan. Kini, rukyat hilal tak lagi dicerminkan oleh jajaran orang berdiri merunut garis tertentu di tepi pantai sambil melayangkan pandangannya jauh ke batas cakrawala barat dengan mengandalkan ketajaman mata tanpa alat bantu optik.

Dok. Muh Ma'rufin Sudibyo Contoh hasil rukyat Bulan menggunakan binokuler yang dirangkai dengan kamera digital biasa dalam kesempatan rukyat hilaal tua pada 29 Agustus 2008 pukul 05:34 WIB dari kompleks Jakarta Islamic Center, Jakarta.
Perkembangan teknologi dan zaman telah memungkinkan teleskop semakin terjangkau sehingga memasuki medan rukyat hilal, khususnya teleskop mobile. Demikian juga beberapa alat bantu optik lainnya seperti teodolit dan binokuler.

Binokuler merupakan teleskop sederhana dengan perbesaran kecil. Instrumen ini umumnya digunakan oleh penghobi untuk beragam keperluan observasi, dari mengamati burung hingga fenomena langit. Di tangan perukyat berpengalaman, binokuler cukup membantu untuk menyajikan detil lengkungan sabit Bulan. Sementara teodolit sejatinya merupakan instrumen pengukuran ruang, namun juga dapat dimanfaatkan bagi keperluan rukyat benda langit termasuk hilaal. Instrumen ini berpangkal pada prinsip yang sama dengan rubu’ (sextant) dalam khasanah astronomi klasik, sehingga berfungsi untuk mengukur jarak sudut secara horizontal dan vertikal. Namun dengan teleskop mini berpembesaran kecil yang menjadi bagian tak terpisahkan darinya, maka teodolit pun menjadi salah satu instrumen penting. Terutama karena ia bisa bergerak (manual) merujuk posisi tinggi dan azimuth benda langit apapun, termasuk Bulan, sepanjang datanya tersedia.

Teleskop lebih kompleks dibanding teodolit ataupun binokuler khususnya karena terpasang pada penyangga (mounting) dengan rujukan tertentu, misalnya ekuatorial. Teleskop juga memiliki medan pandang (field of view) lebih sempit dibanding binokuler ataupun teodolit, sehingga membutuhkan data posisi benda langit dalam tingkat akurasi lebih tinggi. Meski demikian perkembangan teknologi kini telah memungkinkan adanya penyangga otomatik. Dengan penyangga ini, jika telah dikalibrasikan sebelumnya, maka teleskop mampu menjejak (tracking) Bulan secara terus-menerus dari waktu ke waktu meski posisi Bulan telah berubah, sepanjang masih tetap ada di atas cakrawala. Kemampuan ini cukup menguntungkan karena perukyat tinggal berkonsentrasi pada upaya rukyat hilaal itu sendiri.

Baik teleskop, binokuler maupun teodolit mengandalkan mata untuk mendeteksi hilaal melalui lensa okulernya. Namun perkembangan astronomi modern memungkinkan peranan mata mulai tergantikan detektor elektronis seperti kamera CCD (charged couple device) dalam beragam resolusi. Sehingga hasil rukyat langsung berbentuk sebagai file digital yang dapat langsung ditayangkan ke publik via dunia maya. Dapat pula disimpan untuk diolah secara fotografis sehingga menghasilkan gambaran lebih baik, ataupun dianalisis lebih lanjut. Penggunaan filter khusus pun ditambahkan sehingga benderangnya langit bisa direduksi. Dengan segala kemajuan tersebut kini sabit Bulan di siang bolong pun dapat dirukyat di berbagai tempat. Termasuk di Indonesia.

* Muh Ma'rufin Sudibyo, Koordinator Riset Jejaring Rukyatul Hilal Indonesia & Ketua Tim Ahli Badan Hisab dan Rukyat Daerah Kebumen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com