Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Hujan Bulan Juni"

Kompas.com - 14/06/2013, 11:36 WIB

"Jawaban hanya bisa diberikan oleh manusia-manusia bijak, bukan manusia-manusia rakus. Celakanya, manusia yang rakus lebih banyak jumlahnya dari yang bijak. Itu soal kita sulit menjawab persoalan-persoalan semesta. Coba kamu pikir, Ju, apakah kita bisa menjawab soal kerusakan lingkungan akibat polusi dan eksploitasi sumber daya alam. Apakah kita bisa mengembalikan gumpalan es di kutub dan pegunungan Himalaya yang mulai mencair? Apakah kita juga antusias memperbaiki kerusakan hutan tropis yang sudah terbabat? Apakah kita mampu memperbaiki lapisan ozon yang rusak oleh polusi? Tidak, bukan?" Ucap Rita geram.

Hujan yang datang di bulan Juni masih juga deras mengguyur Jakarta. Selokan dan saluran air yang lumpurnya belum sempat dibersihkan, dengan cepat penuh oleh air. Dan jalanan berlobang yang belum sempat diperbaiki, juga dengan segera tergenang oleh air selokan yang melimpah.

Pemda di wilayah Jabotabek seperti kehabisan nafas. Belum reda mereka dihujat oleh warganya karena dinilai kurang sigap menangani banjir dan pasca banjir, kini hujan datang kembali memperparah fasilitas umum yang belum sempat tertangani.

Mendengar ucapan Rita dan juga Hendro, rasanya Juha mendapatkan kebenaran nujum para wiku macam Ronggowarsito tentang situasi dunia ketika mendekati kehancurannya. Bukankah kini banyak gunung jugruk (gundul)? Bukankah kini banyak jago yang mengasuh anak karena induknya pergi ke luar negeri jadi TKW?

Inilah kiranya salah satu yang menyebabkan turunnya hujan di bulan Juni. Tapi Juha yakin, bukan karena fenomena alam itu yang jadi sebab lahirnya puisi "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono.

Sebab penyair, selalu bisa memberi makna keindahan atas semua peristiwa yang menghampirinya. Dan hujan, adalah fenomena alam yang telah mendatangkan jutaan ide buat para penyair. Karenanya, telah lahir ribuan puisi tentang hujan. Bagi penyair, barangkali tak soal benar hujan akan jatuh di bulan Juni atau Desember. Sebab, di samping membawa bencana, hujan adalah anugerah dari Tuhan yang tak terkira indahnya. Sungguh. Inilah buktinya:

tak ada yang lebih bijak /dari hujan bulan juni /dihapusnya jejak-jejak kakinya /yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif /dari hujan bulan juni /dibiarkannya yang tak terucapkan /diserap akar pohon bunga itu

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com