Kearifan Sriwijaya yang Mulai Ditinggalkan

Kompas.com - 27/05/2013, 08:45 WIB

Selain pecahan tembikar dan keramik alat rumah tangga, arkeolog menemukan tonggak kayu bekas rumah. Analisis keramik menunjukkan, temuan berasal dari abad ke-5-6 Masehi, masa pra-Sriwijaya.

Temuan lain berupa kemudi perahu, barang tembikar, manik-manik kaca dan batu, artefak logam, bandul jaring, batu asah gelang kaca dan logam.

Adaptasi dengan alam

Pemukim kuno membangun rumah agar bisa beradaptasi dengan alam. Rumah panggung dengan tiang-tiang tinggi dibangun tanpa mengubah fungsi rawa sebagai daerah pasang surut air sungai. ”Ketika air pasang, rumah-rumah itu tidak kebanjiran,” kata Nurhadi.

Sebagai ”jalan” penghubung antarrumah dibangun jerambah (jembatan kayu). Sarana transportasi menggunakan perahu jukung melalui anak-anak sungai yang kini ditimbun atau mengalami pendangkalan.

Tembikar digunakan untuk menyimpan air karena kondisi rawa sulit air. Air berasal dari sumber yang cukup jauh.

Nurhadi mengatakan, pembangunan Kota Palembang modern seharusnya mengacu pada kearifan lokal masyarakat kuno. Mereka berupaya hidup berdamai dengan alam. Pembangunan Palembang sekarang dengan menguruk rawa tanpa membuat drainase yang baik membuat kota itu sering terendam banjir.

Tomi menambahkan, setelah dibangun jalan darat, pola permukiman di Sumatera Selatan banyak berubah. Masyarakat yang dulu tinggal di pinggir sungai, kini berpindah membangun rumah di tepi jalan.

”Sungai yang dulu diperlakukan secara terhormat dan menjadi beranda depan rumah, kini menjadi bagian belakang rumah dan digunakan untuk membuang kotoran,” kata Tomi.

Kearifan Sriwijaya kini perlahan ditinggalkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Terpopuler

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau