Di negara tetangganya, Pakistan, industri pesawat nirawak dalam negeri dikembangkan sangat masif dalam ukuran kecil dan menengah bagi keperluan komersial ataupun militer.
Tentara Pakistan menggunakan drone untuk mengawasi wilayah Kashmir yang berbatasan dengan India, serta mengawasi kelompok militan yang bersembunyi di wilayah pegunungan yang berbatasan dengan Afganistan.
China mungkin menjadi negara dengan investasi terbesar di bidang pengembangan drone di kawasan Asia, dan pada tahun 2008 mulai memperkenalkan pesawat nirawak Yilong (Chengdu Pterodactyl 1) sebagai pesawat ketinggian terbang rendah dan jam terbang panjang yang dilengkapi rudal udara-ke-permukaan AR-1.
China memiliki berbagai ragam UAV, termasuk Xianglong yang mirip dengan Global Hawk buatan AS dan mampu terbang dengan radius 7.000 kilometer.
Di Asia Tenggara, sejumlah negara mulai mengembangkan drone buatan sendiri. Di Singapura sekarang ada dua jenis UAV buatan ST Aerospace, yakni Skyblade I (2005) dan Skyblade II yang dikembangkan pada tahun 2006 dengan jangkauan sekitar delapan kilometer. Saat ini, Singapura mengembangkan Skyblade IV dengan jangkauan 100 km lebih dan mampu membawa beban sampai 70 kilogram.
Di Indonesia, sejak 2007, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan beberapa tipe UAV, seperti Wulung, Pelatuk, Gagak, Sriti, dan Alap-alap.
Sebagian dari seri UAV ini dibuat oleh PT Dirgantara Indonesia untuk keperluan TNI AD dan TNI AU.(René L Pattiradjawane)