Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaji Masterplan Tsunami

Kompas.com - 29/12/2012, 03:53 WIB

Beberapa kegiatan yang akan dilakukan, antara lain, pemasangan sirene berbasis komunitas 1.375 unit, pembangunan evakuasi sementara (shelter) 139 unit, pembangunan pusat pengendalian operasi di 50 kabupaten/kota, pembangunan rambu evakuasi di 51 kabupaten/kota, pengembangan desa tangguh bencana 1.080 desa, simulasi di 51 kabupaten/kota, sosialisasi dan diseminasi di 51 kabupaten/kota. ”Ada empat program utama, yaitu penguatan rantai peringatan dini, pembangunan shelter, penguatan kapasitas kesiapsiagaan, dan pembangunan industri alat kebencanaan,” katanya.

Sutopo mengatakan, penyusunan masterplan telah melibatkan para ahli. ”Penyusunannya sudah melibatkan banyak pakar gempa dan tsunami dari berbagai kalangan, termasuk dari luar negeri. Selain itu juga pejabat kementerian dan lembaga yang diharapkan meneruskan ke jajaran di bawahnya. Tetapi, tidak semua ahli dihadirkan,” katanya. ”Pak Widjo juga sudah diminta terlibat dalam penyusunan shelter di Cilacap, Jawa Tengah.”

Menanggapi hal itu, Widjo mengatakan, keterlibatannya di Cilacap atas inisitif pribadi dan BPPT. ”Lalu, BPBD setempat antusias dengan usulan kami, dan kajian dilanjutkan sampai detail. Tetapi, desain kami tidak dipakai, yang akan dibangun tetap yang top-down dari Jakarta,” katanya.

Sebaliknya, Sutopo mengatakan, desain shelter yang akan diterapkan mengacu pada Pedoman Pembangunan Shelter dari Kementerian Riset dan Teknologi. Dia berjanji akan menyesuaikan dengan daerah masing-masing.

Widjo mengkritik penyeragaman desain tempat evakuasi sementara. ”Karakteristik tsunami dan aspek kearifan lokal di setiap daerah di Indonesia tidak sama. Penyeragaman desain shelter dalam bentuk bangunan berlantai tinggi akan mubazir. Kami sudah mengkaji dan membuat detailnya untuk wilayah tertentu, seperti Cilacap lebih cocok desain bukit terbuka hijau untuk shelter. Ini juga empat kali lipat lebih murah dibandingkan bangunan tinggi empat lantai yang dibuat BNPB,” katanya. (AIK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com