Pemerintah membatasi ekspor mineral berbentuk bahan mentah?
Kebijakan itu lebih cepat lebih baik. Hilirisasi produk mineral sudah menjadi keharusan. Para investor harus dorong untuk betul-betul mengarah kesana karena di situlah nilai tambah berupa harga yang tinggi. Kegiatan ini juga mendorong ekonomi di sekitar daerah tambang.
Seberapa besar nilai tambah dari hilirisasi?
Semakin maju sebuah negara dilihat dari semakin banyaknya konsumsi metal. Semua metal yang ada berasal dari bahan baku yang ada di negeri kita. Kebutuhan metal seperti aluminium sangat besar, terutama untuk konstruksi. Nilai tambahnya dari bahan mineral bauksit bisa meningkat 2,2 kali jika menjadi alumina, dan nilai tambah akan meningkat 7,4 kali jika sudah menjadi aluminium. Jika kita produksi di Indonesia, pasti banyak untungnya. Bahan jadi ini juga tetap diekspor, tapi kebutuhan di dalam negeri jelas didahulukan.
Tetapi Mahkamah Agung merevisi kebijakan hilirisasi?
(Mahkamah Agung merevisi beberapa pasal dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral). Bagi Antam tidak ada masalah. Tetapi yang harus diwaspadai jangan sampai keputusan MA itu membuat industri pertambangan tidak terkendali. Yang penting bagi Antam tetap melakukan bisnis ini sesuai dengan kaidah yang benar. Tetap menjaga lingkungan. Kalau kaidah-kaidah itu bisa dijalankan, maka bisnis pertambangan ini bisa berjalan dengan baik tanpa merusak lingkungan misalnya.
Hilirisasi butuh teknologi, bagaimana pengalaman Antam?
Soal teknologi harus terus di-
Mengapa tidak mengembangkan sistem tambang tertutup?
Tambang tertutup memang lebih ramah lingkungan, tetapi semua ini tergantung bahan tambangnya. Hanya kalau tambang tertutup berisiko bagi para pekerjanya. Antam jelas lebih mementingkan keselamatan pekerja daripada keramahan lingkungan. Biaya dan risiko lebih besar untuk kegiatan tambang tertutup. Tentu saja semua pekerja mendapat Jamsostek. Yang terpenting bagaimana kami melindungi mereka.