”Sakitnya jangan terlalu dipikirkan. Saya, sih, berusaha tahu diri saja. Jangan terlalu capek. Paling telat kelas sudah harus selesai jam 22.00,” katanya. Aktivitasnya memang lebih banyak dilakukan sore hingga malam hari untuk menghindari sinar matahari. Saat hendak difoto, dia juga mengingatkan untuk tidak menggunakan lampu kilat.
Ketika rambut panjangnya mulai rontok dan pandangan matanya berkurang, Sinta masih punya daya menyelamatkan naskah sejarah bangsa. Dia juga menemukan kebahagiaan saat mengenalkan tradisi aksara Sunda kepada murid-muridnya di Kelas Aksara Kuna. Mencuplik sajak Chairil Anwar yang selalu memantik semangatnya, Sinta Ridwan menyatakan ingin hidup seribu tahun lagi.
***