Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berteman Lupus dan Naskah Kuno

Kompas.com - 11/09/2012, 01:53 WIB

”Sakitnya jangan terlalu dipikirkan. Saya, sih, berusaha tahu diri saja. Jangan terlalu capek. Paling telat kelas sudah harus selesai jam 22.00,” katanya. Aktivitasnya memang lebih banyak dilakukan sore hingga malam hari untuk menghindari sinar matahari. Saat hendak difoto, dia juga mengingatkan untuk tidak menggunakan lampu kilat.

Ketika rambut panjangnya mulai rontok dan pandangan matanya berkurang, Sinta masih punya daya menyelamatkan naskah sejarah bangsa. Dia juga menemukan kebahagiaan saat mengenalkan tradisi aksara Sunda kepada murid-muridnya di Kelas Aksara Kuna. Mencuplik sajak Chairil Anwar yang selalu memantik semangatnya, Sinta Ridwan menyatakan ingin hidup seribu tahun lagi.

 

***

Sinta Ridwan 

• Lahir: Cirebon, 11 Januari 1985 

• Ayah: Djadja Ridwan (almarhum)

• Ibu: Denny Hermayanti 

• Pendidikan:
- S-1 Jurusan Sastra Inggris, STBA-ABA Yapari, Bandung 
- S-2 Jurusan Filologi, Universitas Padjadjaran, Bandung 
- Sedang menempuh S-3 Jurusan Filologi, Universitas Padjadjaran, Bandung

• Karya tulis:
- Kumpulan puisi ”Secangkir Bintang” (2008) 
- Memoar ”Berteman dengan Kematian” (2010)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com