Salah seorang empu keris dan peneliti keris, Kanjeng Radem Aryo Tumenggung (KRAT) Sukoyo Hadinegoro, menambahkan, keris merupakan benda artefak yang masih terjaga hingga saat ini. Itu jika dilihat elemen keris terbuat dari batuan meteor yang jatuh ke Bumi.
Saat ini yang terpenting bagaimana menjadikan keris sebagai kebanggaan. Tidak dapat dimungkiri keris adalah mahakarya yang menyimpan rahasia hidup di dalamnya. Dalam falsafah Jawa, keris itu sinengker karana aris, artinya ada rahasia yang dipendam di dalamnya. Sayang, falsafah kehidupan yang terkandung dalam keris belum banyak diketahui.
Keris bukan sekadar senjata tajam, melainkan sejatinya adalah senjata untuk memerangi diri sendiri dari belenggu nafsu dan keserakahan duniawi. Dalam keris ada simbol hidup baik, sesuai etika, norma, agama, dan negara. Sayangnya masyarakat masih terjebak pada mitos sehingga bisa kehilangan akar budaya.
Wujud keris yang berluk (berlekuk) adalah simbol kebijaksanaan, sedangkan keris lurus adalah simbol keteguhan prinsip. Kebijaksanaan dan tekad itu harus seimbang dan akhirnya bermuara ke atas (Tuhan) itu tergambar dari ujung keris selaju lancip.
Akademisi dari Universitas Dr Soetomo Surabaya, Hidayat, yang meneliti tentang keris menuturkan, dari tinjauan akademis keris bisa dilihat dari aspek seni rupa, filsafat, antropologi, sosiologi, hingga ekonomi. Keris dilihat dari perspektif budaya mengandung nilai seni tradisional dan seni rupa pada ranah budaya yang mengandung keindahan dari bentuk secara fisik. ?”Yang jelas, saat ini keris punya nilai pendidikan dan nilai investasi. Keris menjadi bagian sejarah dan mahakarya yang luar biasa,?” ujarnya.