Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Artefak yang Masih Terjaga, Mahakarya Sarat Makna

Kompas.com - 14/07/2012, 03:14 WIB

Sebilah keris yang beratnya mencapai sekitar 4 kilogram menjadi perhatian pengunjung pameran pergelaran benda pusaka di GOR Tridharma Gresik, Jawa Timur, Sabtu (7/7). Keris itu juga dilapisi emas dan perak. Di ajang tersebut juga dipamerkan keris buatan abad IX yang tidak mengalami korosif. Keris yang bagus, terbuat dari elemen batuan meteor yang jatuh ke Bumi.

Keris memiliki beragam nilai dan sarat dengan makna, bukan sekadar senjata untuk menghadapi musuh. Kini keris menjelma sebagai benda yang bernilai ekonomi. Bahkan, ada yang menganggap keris sebagai bentuk investasi.

Wakil Ketua Pusat Lembaga Kebudayaan Jawi (PLKJ) Jawa Timur Handoko Kartika menuturkan, pameran itu untuk sosialisasi pelestarian budaya, terutama kepada kalangan anak muda. Paradigma keris mulai bergeser. Semula sebagai benda yang disakralkan atau mitos dan menjadi simbol tertentu, kini keris bisa diilmiahkan, punya nilai filosofis dan historis, serta warisan budaya yang perlu dilestarikan.

United Nation Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sejak 2005 menetapkan keris sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity milik bangsa Indonesia. Jika bangsa ini tidak peduli, bisa-bisa keris yang bernilai historis bagi bangsa ini menjadi koleksi orang luar negeri.

Menurut dia, agar ke depan keris tetap diminati anak muda perlu dilihat sebagai warisan leluhur bangsa, bukan mengedepankan sisi agama atau bendawinya. ?

Nilai filosofis hingga kekuatan magis (kalau ada yang menganggap demikian), bisa diilmiahkan. Ada yang menilai keris merupakan satu-satunya artefak sejarah yang terjaga karena keris yang bagus terbuat dari elemen batuan meteor yang jatuh ke Bumi.

Ketua Paguyuban Tosan Aji Kolomunyeng Sedayu dan Giri Gresik Slamet Supriyanto menyatakan paradigma baru terkait keris itu untuk mengikis estetik keris yang semula identik dengan kemusyrikan dan syirik lebih diarahkan ke makna filosofi, historis, dan investasi. Saat ini nilai aspek keris bukan hanya terletak pada filosofis dan historis saja, tapi juga aspek ekonomis. Semakin lama umur keris, nilai investasi semakin mahal. ?”Yang biasa saja, harga satu keris dibuat gampang satu juta rupiah. Ada seorang punya 3.000 koleksi berarti nilai totalnya tiga miliar rupiah,?” tutur Slamet.

Dari tinjauan metalurgi menunjukkan penciptaan keris zaman dulu luar biasa. Keris terbuat dari material yang bagus yang mengandung titanium nikel, platinum, dan baja dari batuan meteor yang jatuh ke Bumi. Material itu bersifat cathodic protection yang mencegah korosif. ?Pusaka keris terjadi bila ada unsur logam terkait dalam satu kesatuan. Batu bersifat stabil, logam emas dan perak bersifat sebagai katalisator, dan tembaga melanjutkan energi.

Ia mencontohkan kenapa rumah dulu banyak dipasangi tumbal yang terdiri dari logam- logam mulia dipadu unsur lain seperti batu, saloka (perak), tembaga sulfur (belerang), garam dapur, dan besi. Perlu dilihat sifat-sifat benda itu secara kimiawi bisa membuat rumah tidak mudah lembab atau sifatnya menstabilkan dan melanjutkan energi.

”Jadi ketika melihat keris, bila punya kekuatan tertentu jangan dilihat sisi magisnya, tetapi semua bisa ditinjau dari elemen kandungan logam yang turut membentuknya,?” kata Slamet.

Batuan meteor

Salah seorang empu keris dan peneliti keris, Kanjeng Radem Aryo Tumenggung (KRAT) Sukoyo Hadinegoro, menambahkan, keris merupakan benda artefak yang masih terjaga hingga saat ini. Itu jika dilihat elemen keris terbuat dari batuan meteor yang jatuh ke Bumi.

Saat ini yang terpenting bagaimana menjadikan keris sebagai kebanggaan. Tidak dapat dimungkiri keris adalah mahakarya yang menyimpan rahasia hidup di dalamnya. Dalam falsafah Jawa, keris itu sinengker karana aris, artinya ada rahasia yang dipendam di dalamnya. Sayang, falsafah kehidupan yang terkandung dalam keris belum banyak diketahui.

Keris bukan sekadar senjata tajam, melainkan sejatinya adalah senjata untuk memerangi diri sendiri dari belenggu nafsu dan keserakahan duniawi. Dalam keris ada simbol hidup baik, sesuai etika, norma, agama, dan negara. Sayangnya masyarakat masih terjebak pada mitos sehingga bisa kehilangan akar budaya.

Wujud keris yang berluk (berlekuk) adalah simbol kebijaksanaan, sedangkan keris lurus adalah simbol keteguhan prinsip. Kebijaksanaan dan tekad itu harus seimbang dan akhirnya bermuara ke atas (Tuhan) itu tergambar dari ujung keris selaju lancip.

Akademisi dari Universitas Dr Soetomo Surabaya, Hidayat, yang meneliti tentang keris menuturkan, dari tinjauan akademis keris bisa dilihat dari aspek seni rupa, filsafat, antropologi, sosiologi, hingga ekonomi. Keris dilihat dari perspektif budaya mengandung nilai seni tradisional dan seni rupa pada ranah budaya yang mengandung keindahan dari bentuk secara fisik. ?”Yang jelas, saat ini keris punya nilai pendidikan dan nilai investasi. Keris menjadi bagian sejarah dan mahakarya yang luar biasa,?” ujarnya. (ACI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com