Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transit Venus: Masa Lalu dan Abad XXI

Kompas.com - 01/06/2012, 02:06 WIB

Lintas batas

Astronom Perancis meminta bantuan Pemerintah Inggris dan Belanda walaupun negaranya sedang perang. Sebelum ekspedisi Perancis tiba di Mauritius, Inggris telah mendudukinya. Akademi Ilmu Pengetahuan kerajaan pun turun tangan agar pengamatan tetap berlangsung.

Czar Katherine juga memindahkan rombongannya dari Siberia ke wilayah Asia agar pengamatan berhasil. Inggris akhirnya berhubungan dengan Belanda, yang diwakili oleh astronom Kinkeberg (dari Leiden). Gubernur Jenderal Mossel juga berjasa memerintahkan VOC untuk aktif menjadi agen komunikasi dan pengangkut ekspedisi.

Adalah ironi, sains Belanda yang begitu berkembang ternyata memperoleh data mentah paling berharga pada abad ke-18 dari sebuah kota jajahan yang menjadi sarang nyamuk malaria.

Kini, abad ke-21 meniupkan angin baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Tonggaknya adalah penemuan penting yang mengisyaratkan bahwa tata surya kita bukan unikum dalam semesta. Tidak kurang dari 700 eksoplanet telah dijejaki dengan metode transit. Eksoplanet adalah planet di luar tata surya.

Metode transit yang digunakan memang mampu meneliti dan mengukur ubahan cahaya bintang induk yang mengalami depresi cahaya karena pelintasan planet, sampai ordo 0,001 persen. Namun, belum ada cara yang definitif untuk mengetahui keberadaan, jenis, dan kerapatan angkasa planet-planet tersebut.

Pelintasan Venus tahun 2004 oleh kebanyakan astronom dianggap sebagai ”geladi resik” untuk mengungkap hal tersebut dengan metode baru seperti spektroskopi dan refraksi. Refraksi dan transmisivitas angkasa adalah ”biomarker”, penanda lapisan angkasa bermakhluk hidup atau tidak. Spektroskopi molekul renik akan diterapkan pada pelintasan Venus 2012.

Tak kurang dari 100 buah teleskop akan tersebar di berbagai wilayah Bumi untuk bersama mengamati pelintasan Venus. Mudah-mudahan usaha itu tidak terganggu cuaca buruk sehingga kelak ilmuwan abad ke-22 dapat mencatat dengan kagum keberhasilan ilmuwan abad ke-21.

Bambang Hidayat Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com