Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transit Venus: Masa Lalu dan Abad XXI

Kompas.com - 01/06/2012, 02:06 WIB

Melihat sebuah planet melintas di depan Matahari memberi sensasi emosional. Seperti halnya saat penulis melihat pelintasan Planet Merkurius 20 tahun lalu dengan teropong di Observatorium Bosscha, Lembang.

Pengamatan di Batavia

Ketika elemen lintasan sudah dapat ditera dengan baik, Edmond Halley—penemu komet periodik dengan tempo 75 tahun—mengemukakan pandangan dalam The Philosophical Transaction (1716), bahwa dengan mengetahui koordinat dua buah lokasi di permukaan Bumi dengan cermat, transit Venus dapat dimanfaatkan untuk menentukan dimensi tata surya dan semesta.

Halley menyarankan pengamatan di Batavia (Jakarta). Dia minta Akademi Ilmu Pengetahuan di Belanda dan di Batavia (sudah ada kala itu) agar menjadikan wilayah itu sebagai salah satu tempat pengamatan transit Venus, di samping tempat lain di belahan Bumi utara. Batavia dipilih karena dari tempat itu peristiwa transit dapat diamati dari awal hingga akhir.

Namun, siapa yang dapat melakukan pengamatan dengan cermat dan taat asas di Batavia? Memang kala itu Batavia sudah mempunyai ”Akademi Maritim” di bawah VOC, tetapi sayang ahli matematika dan navigasinya, Letnan Obdem, sudah pulang ke Belanda. Gubernur Jenderal Jacob Mossel yang kebingungan meminta Kapten de Haan mengamati transit Venus bersama seorang Pendeta Gereja Portugis, Johan Mohr.

Mohr kala itu sudah memiliki observatorium dengan teropong laut, jam, serta kuadran. Ia memperoleh warisan dari istrinya dan mendirikan ”istana” yang dilengkapi observatorium di seberang barat kanal—di kemudian hari bernama Molenvliet—di jalan sebelah sidatan Ciliwung.

Estate itu pada zamannya indah dan megah. Dikelilingi oleh gedung orang kaya dan yang terpenting, pandangannya ke arah laut bebas dari halangan. Gedung itu punya toren, menara, yang oleh lidah Betawi mengalami transliterasi menjadi ”torong”.

Sampai tahun 1950-an jalan itu dinamai Gang Torong, bersebelahan dengan Gang Hauber, suatu tempat yang kurang terhormat karena telah menjadi daerah tujuan hidung belang.

Apa pun yang terjadi di Torong dan sekitarnya tidak mengubah sejarah bahwa Batavia telah mencatatkan diri pada komunitas ilmiah internasional. Dari sana diperoleh data penting ”transit Venus” untuk menentukan skala jarak dalam tata surya.

Pelajaran dari pengamatan masa itu ialah adanya embrio kerja sama internasional yang dibangun oleh ilmuwan, raja, serta bangsawan melintasi batas negara. Pangeran Willem IV dari keluarga Oranye ikut campur dengan memerintahkan VOC untuk membantu penelitian ilmu pengetahuan ini.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com