Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengungkap "Pelajaran Baru" di Sumatera

Kompas.com - 13/04/2012, 04:38 WIB

Percepat pergerakan

Gempa terjadi akibat lepasnya stres (tekanan) pada bidang zona subduksi atau pada sesar. Stres terjadi akibat terjadinya tumbukan antara dua lempeng yang memiliki kecepatan yang berbeda dan arah penunjaman berbeda.

”Lempeng di bawah Pulau Jawa lebih tua dibandingkan lempeng di bawah Pulau Sumatera akibatnya kecepatan pergerakan lempeng di bagian utara lebih lambat dibandingkan kecepatan lempeng di bagian selatan,” kata Irwan.

Ia menjelaskan, dari kekuatan gempa atau magnitudo gempa serta pantauan gerakan di daratan, bisa diperhitungkan akumulasi tekanan pada sumber gempa. Akumulasi tekanan per tahun bisa dihitung.

”Dengan demikian bisa diperkirakan kapan tekanan yang bisa memicu gempa akan terakumulasi,” ujarnya. Akumulasi tekanan (stres) bersifat linier, dan prakiraan periodisasi gempa didasarkan pada perhitungan itu.

”Menurut perhitungan, zona subduksi di Mentawai bagian utara (Siberut) seharusnya sudah ’pecah’, tetapi ternyata sampai sekarang belum,” ujar Irwan. Menurut dia, Mentawai bagian utara dan bagian selatan pernah ”pecah” bersamaan pada 1833 dengan magnitudo 8,9.

Senada dengan itu, Widjo Kongko, peneliti di Tsunami Research Group Balai Pengkajian Dinamika Pantai (BPDP) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan, gempa yang terjadi Rabu telah meruntuhkan zona patahan di lempeng (samudra) Hindia-Australia sepanjang 500 kilometer.

”Gempa ini pasti akan memberi tambahan tekanan ke zona subduksi (megathrust) di bawah Siberut,” katanya. ”Kami khawatir ini akan mempercepat terjadinya gempa besar di zona subduksi.”

Sejalan dengan itu, Irwan mengungkapkan, ”Ketika terjadi gempa, ada tekanan yang lepas. Tekanan yang lepas itu memberi tambahan stres secara tiba-tiba pada sistem lain. Akibat adanya tambahan tekanan, periode gempa pada zona tertentu bisa dipercepat. Gempa Rabu melahirkan stres tambahan seperti itu pada lempeng di dekatnya.”

Widjo mengatakan, percepatan itu bisa memicu gempa dari zona subduksi di Siberut yang kekuatannya bisa mencapai 8,9 skala Richter. Dengan magnitudo sebesar itu, gempa itu berpotensi menimbulkan tsunami besar hingga ke Padang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com