Dari Surabaya dilaporkan, jumlah warga yang terkena racun tomcat sampai Selasa siang 103 orang. Mereka tersebar di beberapa wilayah di Kota Surabaya, mulai dari kawasan apartemen elite, perkampungan, hingga asrama mahasiswa Universitas Airlangga. Hal itu dikemukakan Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Esty Martiana Rachmie.
Serangan tomcat dilaporkan muncul sejak awal minggu lalu. Waktu itu, kawanan serangga yang biasa menghuni hutan mangrove ini masuk ke apartemen elite di Surabaya timur. Kulit sejumlah penghuni apartemen memerah dan bengkak yang disertai bintik-bintik kecil yang sangat gatal.
Menurut Esty, pihaknya telah mengirim surat edaran ke semua puskesmas di Kota Surabaya untuk mewaspadai meluasnya dampak serangan tomcat. Pihaknya juga menyebarluaskan informasi mengenai upaya menghindari racun tomcat.
Warga disarankan menjauhi serangga yang menyerupai tomcat. Jika serangga itu telanjur menempel di kulit, warga disarankan mengibaskan sehingga racunnya tidak tertinggal di kulit. Kulit yang dihinggapi tomcat harus segera dicuci dengan air mengalir dan sabun.
Warga yang terkena racun tomcat dianjurkan datang ke puskesmas terdekat. ”Racun tomcat tidak mematikan, bisa diobati dengan antialergi,” katanya.
Teguh Riyanto, Koordinator Satuan Tugas Pemberantasan Ulat Bulu dan Tomcat Dinas Pertanian Kota Surabaya, menuturkan, upaya menanggulangi meluasnya serangan tomcat dilakukan dengan menyemprotkan pestisida organik ke lokasi-lokasi yang menjadi sarang tomcat.
Ia menjelaskan, serangan tomcat terjadi karena predator alaminya berupa burung dan pemakan serangga lain berkurang.