Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daerah yang Dibelit Politik Uang dan Dinasti

Kompas.com - 29/02/2012, 02:48 WIB

Kekuatan klan

Yong Ohoitimur, tokoh agama di Sulut, menambahkan, uang telah menjadi variabel penting dalam pemilu di Sulut. Namun, mereka yang membagikan uang belum tentu memenangi pilkada. Pasalnya, ada variabel lain yang juga berpengaruh, yaitu ikatan keluarga atau klan yang umumnya juga kuat.

Kuatnya ikatan keluarga, menurut Yong, tecermin dalam kesenian tradisional di Sulut yang tidak mengenal adanya penyanyi solo atau sendiri. Orang bisanya menyanyi atau memainkan alat musik secara bersama-sama, tanpa ada salah satu pihak yang menonjol.

”Kuatnya klan di Sulut membuat orang mudah membuat pilihan berdasarkan relasi karena keluarga atau marga. Orang juga mudah menghubungkan diri dengan orang berpangkat dan terkenal dengan mengatakan, itu saudara saya,” papar Yong.

Kuatnya ikatan keluarga juga membuat seseorang yang telah meraih kedudukan atau posisi tertentu akan berusaha membantu anggota keluarganya untuk meraih kedudukan serupa. Ini mendorong munculnya politik dinasti.

Awalnya, jelas Yong, dinasti dibentuk oleh adanya tokoh di klan itu yang memiliki keunggulan di bidang pendidikan atau karakter terhormat. Fenomena itu misalnya terlihat dalam klan Sondakh. Lucky Sondakh adalah mantan Rektor Universitas Sam Ratulangi dan tokoh agama di Sulut. Lucky adalah ayah Angelina PP Sondakh, anggota DPR dari Partai Demokrat yang kini menjadi tersangka kasus korupsi pembangunan wisma atlet SEA Games di Palembang.

Adapun kakak Lucky Sondakh, yaitu AJ Sondakh, adalah mantan Gubernur Sulut yang bahkan sering disebut sebagai guru politik di daerah itu. Dua anak AJ Sondakh, yaitu Denny Sondakh dan Inggrid Sondakh, kini dikenal sebagai politisi muda Sulut. Denny kini menjadi Ketua DPRD Kota Manado. Inggrid menjabat Ketua Partai Golkar Kabupaten Minahasa Utara.

”Awal terbentuknya klan Sarundajang juga dimulai oleh dikenalnya Sarundajang sebagai tokoh yang berpendidikan. Ini karena pendidikan mempunyai status penting bagi masyarakat,” tambah Yong.

Ferry Daud Liando, pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sam Ratulangi, menuturkan, kualitas dari tokoh utama klan politik sering kali memang tidak diikuti oleh generasi sesudahnya atau saudaranya dalam satu klan. Meskipun demikian, klan dapat terus berkembang, bahkan menjadi dinasti politik. Pasalnya, rakyat umumnya masih cenderung melihat siapa yang memerintah, bukan bagaimana kualitas pemerintahannya.

”Dinasti politik juga menjadi semakin kuat dan menyebar karena hadir bersama dengan praktik politik uang. Ada saling menguatkan antara dinasti politik dan politik uang,” tutur Ferry Daud lagi.

Meskipun demikian, Ferry meyakini, rasionalitas masyarakat terhadap demokrasi akan semakin tumbuh. ”Setelah satu dasawarsa otonomi daerah telah mulai tumbuh kesadaran bahwa uang dan klan perlu disikapi secara kritis. Pejabat yang korup harus dilawan,” kata Ferry.

Masalahnya, seberapa cepat kesadaran tersebut berkembang dan mampu bertahan menghadapi berbagai kemungkinan arus balik yang melawan demokratisasi? Kondisi belum berubah....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com