Idha Saraswati dan Nawa Tunggal
Persalinan satwa liar membutuhkan ketenangan. Satwa liar selalu melahirkan pada malam hari,” kata Liang Kaspe, ketika ditemui di ruang kerjanya sebagai Kepala Bagian Rumah Sakit Hewan Setail, yang menjadi salah satu bagian usaha Kebun Binatang Surabaya (KBS).
Ketenangan itu kini juga menjadi ”barang mahal” bagi para karyawan KBS. Sejak tahun 2000, kebun binatang itu dilanda konflik di antara para pemimpin pengelolanya.
Hingga kini konflik masih berujung pada hal yang menyedihkan. Publik pun mendengar kuatnya rencana penutupan kebun binatang itu untuk dialihkan menjadi perhotelan atau bangunan pusat keramaian kota lainnya.
Lokasi KBS ini memang strategis di tengah Kota Surabaya. Tepatnya di Jalan Setail No 1, Kecamatan Wonokromo, di jalur lalu lintas utama tengah Kota Surabaya.
KBS didirikan pada 31 Agustus 1916 dengan nama Soerabaiasche Planten-en Dierentuin (Kebun Botani dan Binatang Surabaya). Kini KBS memiliki koleksi sekitar 4.000 satwa dengan 351 jenis di area seluas 153.560 meter persegi.
Menurut Liang Kaspe, sertifikat tanah KBS sejak lama menjadi milik Pemerintah Kota Surabaya. ”Semoga Wali Kota Surabaya, didukung sepenuhnya warga Surabaya, dapat segera mengambil alih kebun binatang ini, dan segera menyelamatkan satwa- satwa yang semakin terganggu. Bahkan, di antara satwa itu banyak yang mati,” ujar Liang. Ia enggan lebih jauh membahas soal konflik itu.
Liang Kaspe menjadi dokter hewan KBS selulus kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya, tahun 1981. Pada masa awal bekerja, yang paling berkesan antara lain saat menunggu proses persalinan induk jerapah (Giraffa camelopardalis) dan risiko yang harus diterima Liang untuk merawat bayinya hingga dewasa.