Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awan Gas Terjerat Lubang Hitam

Kompas.com - 29/12/2011, 04:30 WIB

Ikbal menambahkan, keberadaan lubang hitam supermasif di pusat Bimasakti juga tidak perlu dikhawatirkan akan membuat hancurnya Galaksi Bimasakti. Berdasarkan simulasi komputer, hancurnya Bimasakti diperkirakan justru akibat tabrakan antara Galaksi Bimasakti dan Galaksi Andromeda.

Prediksi ini diketahui karena kedua galaksi ini memang bergerak saling mendekat. Namun, terjadinya tabrakan itu masih miliaran tahun lagi. Jadi, sia-sia mencemaskannya saat ini.

Awan tercabik

Saat awan raksasa ini makin mendekati lubang hitam supermasif, ia bergerak dengan kecepatan makin tinggi. Makin dekat jaraknya, gravitasi dan kecepatannya makin tinggi.

Perubahan jarak dan gravitasi yang besar ini membuat awan raksasa itu seolah-olah dihantam gelombang kejut yang akan membuat awan terkompresi (makin rapat) dan suhu di awan meningkat hingga mencapai jutaan derajat Kelvin.

Ini terjadi bersamaan dengan semakin tertariknya sebagian awan tersebut oleh lubang hitam yang membuat awan akan semakin terulur.

Saat suhu awan makin naik, tekanan di awan pun akan meningkat. Ditambah tarikan dari lubang hitam yang makin kuat, kondisi ini akan memicu tercabik-cabiknya awan.

Sebagian awan akan masuk ke dalam lubang hitam. Pada tahap awal, ia akan berada dalam piringan akresi lubang hitam. Makin lama, potongan awan ini akan jatuh ke dalam lubang hitam. Pada saat bersamaan, piringan akresi lubang hitam akan diisi lagi oleh materi-materi baru yang terjebak lubang hitam pada tahap yang lebih akhir.

Bagian awan lain yang tak tertarik ke dalam piringan akresi lubang hitam akan terurai menjadi bagian awan yang lebih kecil. Ia akan tersebar ke segala arah dan membentuk individu-individu awan baru.

Tiap-tiap awan akan membentuk orbit baru mengelilingi inti galaksi. Jarak orbitnya terhadap lubang hitam supermasif di inti Bimasakti bisa lebih jauh atau lebih dekat dibandingkan orbit awan gas raksasa sebelumnya.

Suatu saat, ia juga bisa bernasib sama seperti awan gas raksasa pendahulunya. Sebagian jatuh ke lubang hitam, sebagian lagi mampu bertahan.

Semua rangkaian kejadian hancurnya awan raksasa itu terus berulang, membentuk rangkaian kehidupan baru yang terus berkelanjutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com